Kurma Lebih Menguntungkan dari Kelapa Sawit

Kurma Lebih Menguntungkan dari Kelapa Sawit

PASIRPENGARAIAN (riaumandiri.co)-Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu saat ini sedang mengkaji bagaimana pengembangan kurma di daerah tropis bisa terealisasi. Kurma dianggap lebih menguntungkan daripada kelapa sawit.

Demikian disampaikan Bupati Rohul H Achmad, Msi di ruang kerjanya, Jumat (29/1).
Disampaikannya, Institut Sains Alquran berupaya untuk mengembangkan penemuan sains, yang berkaitan dengan isi kandungan Alquran, salah satunya adalah kajian yang tengah dilakukan, yakni pengembangan perkebunan kurma.

Kurma identik dengan tanaman yang hidup di padang pasir, karenanya perlu dilakukan kajian kemungkinannya ditanam di Rohul yang beriklim tropis.

Untuk mewujudkan hal itu Institut Sains Alquran Syekh Ibrahim, Kamis (28/1) kemarin menggelar seminar dengan mendatangkan pemilik perkebunan kurma terbesar di Thailand Mr. Sak Lamjuan sebagai narasumber.

Seminar yang digelar di aula pertemuan Kantor Bupati Rohul Pasirpengaraian dibuka Asisten II Setdakab Rohul Saiful Bahri dan dihadri Rektor ISQ Syekh Ibrahim, DR H Mustafa Umar, Ketum Badan Kesejahteraan Masjid Agung An-Nur PekanBaru Komar Karim, kepala dinas badan dan kantor di lingkungan Pemkab Rohul, serta mahasiswa dan civitas Akademika ISQ Syekh Ibrahim.

Rektor ISQ Syekh Ibrahim DR H Mustafa Umar, mengatakan di dalam Alquran pohon kurma disebutkan, sebagai pohon terbaik dari tanaman yang ada di bumi.
Dari isyarat Allah dalam Alquran tersebut, tanaman kurma menyimpan rahasia dan keistimewaan yang perlu dikaji dengan ilmu pengatahuan.

"Karena isyarat Alquran itu, kemudian kita menjumpai pohon kurma ternyata bisa tumbuh dan berbuah di Thailand yang iklim serta kondisi tanahnya tidak jauh berbeda dengan Rohul,  dengan fakta ini tidak mustahil tanaman Kurma juga bisa dibudidayakan di Rohul,” ujar Mustafar Umar.

Mustafa Umar menyebutkan secara ekonomis, pembudidayaan kurma jauh lebih menguntungkan dari perkebunan kelapa sawit. Bayangkan saja, dalam setahun, satu batang pohon kurma, bisa menghasilkan buah kurma sebanyak 320 kg per tahunnya. Atau bisa mencapai Rp48 juta.

Menurutnya, jika pembudidayaan kurma ini berhasil dilakukan, tentunya hal tersebut akan mendorong masyarakat Rohul untuk mengganti tanaman sawitnya dengan tanaman kurma.

“Jika pembudidayaan kurma ini berhasil kita lakukan, tentunya ini akan menjadi inspirasi untuk mendorong terjadinya revolusi perkebunan di Rohul,” sebut Mustafa Umar optimis.

Setelah seminar ini, lanjut Mustafa Umar, ISQ akan menjalin kerja sama dengan Mr. Sak Lamjuang pemilik brand Kolak (merek produk makanan kurma asal Thailad)  tersebut akan mennyediakan bibit langsung dari Thailand.

ISQ juga akan mengirim tenaga ahli ke Thailand untuk belajar langsung pembudidayaan kurma di Thailand.
“Untuk tahap awal kita akan tanam sebanyak 30 batang kurma di belakang gedung ISQ, tanaman-tanaman kurma itu akan dikelola oleh mahasiswa dan civitas akedemika, sekaligis belajar entreprenuership,” tuturnya.

Dalam seminar tersebut,  Mr.Saklamjuan memaparkan berbagai pengalamannya dalam membudidayakan Kurma. Dengan bahasa Thailand yang diterjemahkan penerjemah, pengusaha sukses ini, menjelaskan secara detail bagaimana cara penanaman kurma di lahan tropis.

Dia juga menyebutkan, syarat utama yang harus dimiliki lahan tropis untuk bisa ditanami kurma adalah lahan yang airnya berada milnimal 3 meter di bawah permukaan tanah dan tanah agak berpasir.
Pengembangan budi daya kurma ini mendapat apresiasi dari Ketua Umum Badan Kesejahteraan Masjid Agung An-Nur Pekanbaru Komar Karim. Menurutnya, pengembangan budi daya kurma ini merupakan
peluang dalam peningkatan ekonomi umat khusunya di Riau yang daerahnya dataran tinggi, seperti Rohul, Kuansing, Siak dan pelalawan. (adv/humas)