Soal Bertuah jadi Madani

Saya Juga Protes Pak Wali

Saya Juga Protes Pak Wali

Tulisan Pekanbaru Kota Madani yang berdiri di pintu keluar Bandara Sutan Syarif Kasim II Pekanbaru, mendapat protes sejumlah tokoh masyarakat Pekanbaru, bahkan Lembaga Adat Melayu Riau.

Seperti halnya, Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAM Riau, Anas Aismana, mengatakan nama itu tidak berdasar. "Kota Pekanbaru lebih tepat menyandang nama Kota Bertuah. Kota Bertuah berasal dari bahasa Melayu dan memiliki arti mempunyai kelebihan," jelasnya kepada media.

Bahkan Anas Aismana dengan tegas menyebutkan, jangan mentang-mentang walikota, Firdaus  menghilangkan sejarah kota. Protes yang sama juga diprotes oleh H Darmawi Aris, yang juga salah satu pengurus Lembaga Melayu Riau.

Bahkan protes nyata telah disampaikan Kamis (31/12), oleh massa yang tergabung dalam Komunitas Melayu Bersatu (KMB) yang terdiri dari Asykar Melayu Riau dan Laskar Melayu Bersatu membentangkan spanduk yang bernada protes. Spanduk yang dibentang menutupi kata Madani, dengan tulisan “Bertuah bukan madani”.

Perkembangan protes terhadap Kota Madani inipun terus saya ikuti, hingga ada pernyataan dari Walikota Pekanbaru terkait protes tersebut. Kepada media, dengan suara meninggi Firdaus menyatakan Bertuah itu hanya sebagai akronim yakni, Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman dan Harmonis.

Lalu saya berpikir, tentu ada alasan pemimpin dan tokoh masyarakat Pekanbaru sebelumnya menyebut Pekanbaru sebagai Kota Bertuah, yang makna Bertuah sesuai bahasa Indonesia bisa berarti memberi bertuah, mendatangkan tuah (kebaikan dan kebahagiaan). Saya rasa, karena Kota Pekanbaru ini dulunya mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan, makanya dijadikan sebagai Kota Bertuah, baru kemudian dicari akronim dari Bertuah itu menjadi Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman dan Harmonis.

Hal ini saya rasa sama halnya dengan di Kota Bangkinang, tempat kelahiran Walikota pekanbaru Firdaus. Kota Bangkinang disebut sebagai Kota Beriman. Ini tentunya karena sebagian besar warga Bangkinang itu beragama Islam yang identik dengan keimanan. Setelah itu baru dicari akronimnya Beriman (Bersih, Indah dan Nyaman).

Sama halnya dengan Kota Pekalongan Kota Batik. Di sana ciri khas masyarakatnya membuat Batik, kemudian dicari akronimnya Batik (Bersih, Aman, Tertib, Indah, dan Komunikatif). Kemudian Kota Tegal Kota Bahari, yang berada di tepi laut, kemudian dicari akronimnya Bahari  (Bersih, Aman, Hijau, Asri, Rapi dan Indah).

Kalau sekarang tiba-tiba Pekanbaru Kota Bertuah berubah menjadi Pekanbaru Kota Madani, kira-kira apa alasannya pak wali? Apakah sudah ada akronimnya? Tentunya sebelum merubah ini walikota perlu berembuk lagi dengan tokoh-tokoh masyarakat Pekanbaru atau Riau yang mengerti soal sejarah Kota Bertuah ini, baru kemudian disosialisasikan untuk melihat respons masyarakat. Jika ini tidak dilakukan, tentunya saya juga protes Pak Wali....***