BCA Perkirakan Suku Bunga Deposito 2016 Flat

BCA Perkirakan Suku Bunga Deposito 2016 Flat

JAKARTA (HR)-Bank Central Asia memperkirakan, tren tingkat suku bunga dana mahal pada tahun 2016 akan berada pada tren datar alias flat. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, asumsi tersebut didasarkan pada dua hal.

Pertama, kecukupan likuiditas perbankan. Likuiditas 2016 dirasa cukup, lantaran relaksasi kebijakan Bank Indonesia berupa penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer jadi 7,5 persen dari sebelumnya 8 persen yang berlaku efektif mulai 1 Desember 2015 kemarin. Kedua, kenaikkan suku bunga dollar Amerika Serikat yaitu The Fed Fund Rate yang diperkirakan tidak terlalu tinggi yaitu sebatas 0,25 persen.

"Dengan itu, rasanya suku bunga deposito perbankan di Indonesia tidak akan naik, akan bertahan di posisi saat ini. Masih akan flat," ucap Jahja di Jakarta, Senin (14/12).

BCA sendiri, kata Jahja, akan melihat likuiditas yang dimiliki pada 2016. Jika likuiditas perseroan bertambah, pasti BCA kembali akan menurunkan tingkat suku bunga deposito. Namun, penurunan itu tidak akan banyak.

Jika kondisi yang terjadi adalah kebalikannya, maka bank yang memiliki kode emiten BBCA ini akan mempertahankan tingkat suku bunga deposito di level yang sekarang ini yaitu 5,5 persen.

Jahja menambahkan, industri perbankan memiliki peluang yang sangat terbuka untuk menurunkan tingkat suku bunga deposito jika memiliki likuiditas yang longgar.

"Untuk yang special rate, rata-rata perbankan masih memberikan rate tinggi di level 8-9 persen, sementara BCA sendiri sudah rendah di level 5,5 persen. Jadi sangat terbuka peluang untuk menurunkan suku bunga deposito kalau likuiditas longgar," jelas Jahja.

Dia juga menjelaskan, tahun depan bank yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini masih menargetkan pertumbuhan dana murah yang lebih tinggi ketimbang deposito. Namun, pertumbuhan dana murah tersebut sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kalau pertumbuhan ekonomi berputarnya cepat, maka dana murah juga meningkatnya lebih bagus," ujar Jahja.

Perseroan sendiri menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di kisaran 10 persen. BCA belum berani menargetkan pertumbuhan DPK yang tinggi, lantaran masih menunggu pelaksanaan tax amnesty.

Jika kebijakan tax amnesty berjalan pada 2016, artinya dana-dana yang selama ini parkir di luar negeri akan masuk ke Indonesia. Jika itu terjadi, maka kemungkinan pertumbuhan DPK bisa tembus sampai dengan 15 persen.

 "Tapi kalau tax amnesty tidak terjadi, kami memperkirakan pertumbuhan DPK 2016 mungkin sebesar 10 persen," kata Jahja.

Catatan saja, sampai dengan triwulan III-2015, BCA telah menurunkan suku bunga deposito sebanyak delapan kali atau sebanyak 200 basis poin. Meski demikian, deposito BCA tercatat tumbuh 5,6 persen secara tahunan menjadi Rp108,5 triliun pada kuartal ketiga tahun ini.(kon/mel)