Membentuk Guru yang Berkualitas dalam Kemandirian

Membentuk Guru yang Berkualitas dalam Kemandirian

Apabila masyarakat berkomentar pendidikan persekolahan mutunya masih rendah, kita tidak perlu marah dan gerah, pendidikan formal kita dianggap masih kurang berprestasi, kita tidak perlu emosi, tetapi kita perlu mengintrospeksi diri dan memperbaikinya agar kualitas pendidikan kita bermutu tinggi.

Diyakini oleh sebagian pakar pendidikan bahwa mutu pendidikan yang rendah merupakan hasil dari proses pembelajaran di sekolah yang kurang baik. Sedangkan proses pembelajaran di sekolah yang memadai hanya bisa diciptakan oleh guru yang berwawasan ke depan dan berkompetensi tinggi.

Guru yang profesional memiliki beberapa dimensi, yakni: berkemampuan/berkreatifitas, rasa tanggung jawab, komitmen, keterbukaan dan orientasi reward yang tinggi. Untuk membentuk dimensi-dimensi sebagaimana tersebut di atas, kemandirian gurulah yang harus dimunculkan  terlebih dahulu, mengapa demikian? Karena, menurut sudarsono, manusia itu pribadi, ia mandiri, memiliki akal budi, tahu apa yang akan dilakukan dan mengapa ia melakukan. Kemudian dijabarkan sebagai kemampuan untuk menegakkan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya, mampu mengembangkan diri dan tampil sebagai totalitas pribadi yang mantap dan harmonis, juga memiliki pribadi yang utuh.

Guru perlu mandiri terutama pada saat berdiri menghadapi peserta didik yang beragam baik sifat maupun kemampuannya. Gurupun harus mampu menentukan sesuatu yang menjadi ranah tanggung jawabnya. Penebaran nilai positif yang dilakukan secara mandiri oleh guru kepada peserta didiknya akan menjadi modal kemandirian peserta didik dalam menghadapi dunia nyata di kelak kemudian hari.

Guru yang mandiri mampu mengembangkan kreativitas dalam mempersiapkan desain pembelajarannya sebagaimana diungkapkan Shapero (1998) bahwa kemandirian sebagai akibat dari standar kreativitas yang tinggi. Guru yang mandiri pada dasarnya mampu tampil dalam segala cuaca, mampu mengambil sikap dalam situasi sekritis apapun maka menurut Elliot dan jacobson dalam Mukhtar penampilan pribadi yang merupakan faktor bahwa seseorang memiliki sikap yang benar-benar mandiri tidak sekedar berbasis pada peraturan yang telah berlalu.

Guru adalah orang yang sangat berperan dalam keseluruhan proses pembelajaran di sekolah. Guru sangat diharapkan oleh peserta didiknya, berbagai tantangan pasti  dihadapi oleh guru, sebab di satu sisi guru harus tegas namun disisi lain guru harus sabar, ramah, baik hati dan penuh pengertian. Guru mampu memberikan tugas agar peserta didiknya terdorong untuk mencapai tujuan.
Guru harus mampu menegur, mengoreksi, dan memberi penilaian yang objektif. Melihat tanggungjawab yang demikian beratnya, tapi tetap guru harus tampil profesional. Ballantine (1993) dijabarkan bahwa guru harus memiliki profesionalitas yang tinggi. Artinya, guru harus memiliki kemampuan intelektual, komitmen kuat, tanggungjawab dan mampu memberikan servis yang baik kepada pelanggan. Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh guru, yakni:
Pertama, guru harus memiliki kepribadian yang bernilai sebagai pedoman hidup dan nilai kehidupan yang meliputi sifat pribadinya yang harus baik. Artinya, dapat dipercaya dan dijadikan panutan oleh siswanya, segala gerak langkah seorang guru akan dinilai oleh lingkungan terutama peserta didiknya. Walau demikian seorang guru juga memikirkan bagaimana penampilan di depan peserta didiknya agar tidak terjadi kebosanan dan sikap kemasa bodohan pada peserta didiknya yang sedang berkembang. Guru harus dapat tampil luwes, dapat menyelami pikiran dan perasaaan peserta didiknya, suka humor yang ringan, peka, adil terhadap semua peserta didiknya dan tanggap terhadap situasi.
Kedua, guru harus memiliki tanggung jawab untuk bertindak. Perbuatan seperangkat administrasi pembelajaran merupakan tanggung jawab guru yang mesti dilakukan. Sekali pun guru memiliki tanggung jawab untuk bertindak yang berarti terkandung suatu kebebasan akan tetapi nilai-nilai kehidupan tetap melekat erat pada diri seorang guru.

Ketiga, guru harus memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja. Dalam melaksanakan panggilan jiwanya sebagai pendidik, guru memang harus rela berkorban demi kemajuan dan peradaban siswanya. Apabila guru bekerja hanya semata-mata mengharapkan adanya penghasilan (reward) maka segala gerak dan langkahnya akan diperhitungkan berdasar pendapatan yang akan diterimanya.
Keempat, guru harus memiliki jiwa pendidik dan membekali diri sebagai guru yang terdidik. Artinya memahami bahwa melaksanakan tugas sebagai guru mengandung tantangan yang tidak sederhana. Di satu sisi harus menerima peserta didik apa adanya di sisi lain harus mampu menyelami alam pikiran peserta didiknya.

Guru hendaknya sanggup bersikap empatik, pencetus ide, menuntun dan memberikan semangat kepada peserta didik untuk berkembang lebih jauh melakukan sesuatu yang baru dan memberikan semangat kepada setiap peserta didiknya tanpa terpaku pada tarap kemampuan intelektual  atau tingkat motivasi belajarnya. Guru yang mandiri akan tampil menyenangkan siswa karena ia kreatif dalam mencetuskan ide-ide baru.

Kelima, guru harus memiliki ilmu kependidikan. Dikaitkan dengan keberhasilan peserta didik dalam belajar, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kepiawaian seorang tenaga pengajar. Efektivitas guru dan cara guru menopang usaha belajar siswa inilah yang diharapkan tampak pada siswa.

Menurut Winkel, ada korelasi positif antara tenaga pengajar dengan keberhasilan siswa dalam belajar antara lain: 1. Kejelasan dalam mendampingi dan mengatur tugas belajar. 2. Variasi dalam penggunaan prosedur didaktif. 3. Menunjukkan antusiasme dalam cara berbicara dan bergerak. 4. Perilaku yang membuat siswa berkonsentrasi pada tugas belajar yang dihadapi, dan 5. Menyelesaikan semua materi kajian yang nantinya akan menjadi bahan ujian tes.
Keterampilan didaktis yang dimiliki guru tercermin pada kreativitas pengajarannya. Kreativitas pengajaran sendiri tergantung dari cara guru menyajikan materi, cara guru memberikan pujian, cara guru mengaktifkan siswa agar merasa  terlibat dalam proses belajar dan cara guru memberikan informasi kepada siswa (Marijan 2012).

Keterampilan didaktis harus dimengerti dan dipahami oleh seorang guru yang terpenting harus diterapkan di dalam  proses pembelajaran di sekolah. Apa artinya dimengerti dan dipahami apabila tidak dilaksanalannya? Nah, untuk guru yang ideal, guru yang mandiri dan profesional tentu memegang teguh bahwa proses pembelajaran di kelas menjadi inti pokok tugas seorang guru dari sekian deret tugas yang harus dilakukannya.

Bangsa ini akan berdiri makin tegak dan kuat dengan kualitas manusia yang mumpuni. Para guru harus sadar dan teguhkan diri sebagai pembentuk masa depan bangsa. Jadilah guru yang berkualitas, guru yang dicintai semua anak didiknya. Bangsa ini menitipkan anak-anaknya kepada guru, sebaliknya kita sebangsa harus hormati dan lindungi guru dari impitan masalah. Ingat, jadi guru bukanlah pengorbanan, melainkan kehormatan. Guru dapat kehormatan mewakili kita semua untuk melunasi  salah satu janji kemerdekaan Republik ini: mencerdaskan kehidupan bangsa.  Jadikanlah kami sebangsa makin bangga dan hormat pada guru.***
Guru SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti.