Kuartal III 2015

Laba BSM Turun 46,18 Persen

Laba BSM Turun 46,18 Persen

JAKARTA (HR)-Bank Syariah Mandiri sampai September 2015 mencatatkan kinerja yang tidak terlalu bagus. Hal ini bisa dilihat dari laba bersihnya yang mengalami penurunan 46,18 persen menjadi Rp148 miliar. Penurunan laba ini jika dilihat dari laporan keuangan resmi perseroan disebabkan karena kenaikan beban operasional yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan setelah distribusi bagi hasil.

Sampai September 2015, tercatat kenaikan beban operasional Mandiri Syariah sebesar 14,91 persen menjadi Rp2,38 triliun. Sedangkan kenaikan pendapatan setelah bagi hasil hanya single digit, yaitu 6 persen sebesar Rp 2,59 triliun.

Direktur Keuangan Bank Syariah Mandiri Agus Dwi Handaya mengatakan, sampai kuartal III 2015 ini, perseroan terus berupaya menyelesaikan pembiayaan bermasalah dengan melakukan write off.

Menurut Agus, recovery write off ini bertujuan untuk menjaga botton line agar pondasi perusahaan tetap dalam kondisi bagus. Namun memang risiko recovery ini menyebabkan kenaikan beban operasional. Hingga September 2015, BSM telah melakukan recovery write off sebesar Rp283 miliar. Nilai ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang sebasar Rp143 miliar.

"Sampai September, BSM mencadangkan biaya Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) sebesar Rp 700 miliar atau naik dibandingkan sebelumnya untuk memperkuat pondasi," ujar Agus, Jumat (13/11). Berkat hasil recovery write off dan perbaikan pembiayaan, BSM dapat menahan laju penurunan kualitas pembiayaan akibat kondisi ekonomi yang belum kondusif, sehingga NPF Nett dan Gross dapat dijaga masing-masing sebesar 4,3 persen dan 6,8 persen.

Menurut Agus, BSM menargetkan hingga akhir tahun dapat menurunkan NPF gross hingga di kisaran 6 persen dengan mengintensifkan recovery hingga akhir 2015. Walau pun terjadi penurunan laba bersih, sampai September 2015, BSM mencatatkan pertumbuhan di sisi pembiayaan. Per September 2015, pembiayaan BSM mengalami kenaikan 2,57 persen menjadi Rp50,59 triliun dibandingkan September 2014 yang sebesar Rp49,32 triliun.

Menurut Agus, kenaikan pembiayaan terjadi pada segmen wholesale termasuk infrastruktur dan mikro. "Selain pembiayaan, kami juga melakukan join club deal dengan induk usaha Bank Mandiri,’’ ujar Agus.(kon/mel)