Pencemaran Sungai Siak 100 Persen dari Industri

Ironisnya, BLH tak Bisa Tunjuk Nama Perusahaan

Ironisnya, BLH tak Bisa Tunjuk Nama Perusahaan

Misteri keruhnya air Sungai Siak hari ini baru terungkap. Ternyata pencemaran Sungai Siak 100 persen akibat limbah Industri. Tercatat ada 67 industri yang beroperasi di pinggir Sungai Siak. Namun sayangnya tidak satu perusahaan pun yang bisa dituding sebagai penyumbang pencemaran terbanyak.

Sebagaimana data hasil perhitungan BLH Siak dan BLH Provinsi Riau yang diterima Haluan Riau, Rabu (21/1), ada 9 item yang bisa mempengaruhi tingkat kekeruhan air. Namun 8 item lainnya tidak berdampak pada kekeruhan air sungai.

"Beban pencemaran TSS menurut sumber pencemaran 100 persen dari industri tambang, migas dan energi," terang Kepala Seksi Pengawasan BLH Siak, Ardayani saat ditemui di ruang kerjanya.

Sementara 8 item lainnya seperti limbah rumah sakit, hotel, rumah tangga, peternakan, pertanian, Usk, kawasan industri dan sampah sama sekali tidak berdampak kepada tingkat kekeruhan Sungai Siak. "Ini hasil perhitungan kami dengan BLH Provinsi Riau," ujar Ardayani.

Namun demikian, Ardayani tidak bisa mengatakan perusahaan apa yang paling banyak mempengaruhi kekeruhan air sungai siak. "Kami tidak punya bukti. Selain perusahaan, bisa saja kapal yang lewat juga ikut menyumbangkan limbah, membuang limbah saat di perjalanan di sungai," kata Ardayani.

Jika ditinjau pada kadar oksigen air sungai, limbah industri juga tercatat penyumbang terbesar, mencapai 85 persen. "Maksud beban pencemaran COD, zat yang mempengaruhi kadar oksigen air Sungai Siak. Jika oksigen rendah, maka mahkluk hidup dalam air tidak bisa bertahan. Pencemaran COD 85 persen dari industri, 11 persen dari rumah tangga dan empat persen dari peternakan," terang Ardayani.

Lebih parah, pada beban pencemaran BOD atau yang mempengaruhi perkembangan biologis dalam air, limbah industri memiliki faktor pencemar 69 persen, limbah rumah tangga memiliki dampak 21 persen, pengaruh pertanian 5 persen dan peternakan 4 persen.

Dari data tiga beban pencemaran tersebut, tampak jelas pengaruh industri telah merusak kelestarian Sungai Siak. Sayangnya, BLH Siak tidak bisa bertindak, atau melakukan terobosan baru untuk mengurangi faktor pencemaran dari limbah industri tersebut. Keterbatasan dana menjadi alasan yang dianggap logis.
"Bukan kami tidak mau berbuat, dana kita terbatas," tegas Ardayani.

Idealnya, dalam satu tahun BLH melakukan pengecekan 2 kali pada satu perusahaan. "Ada 67 perusahaan yang mungkin berdampak pada kadar air Sungai Siak. Seharusnya, tiap perusahaan kami periksa 2 kali dalam satu tahun. Saat ini, pemeriksaan terpaksa dilakukan bergilir, karena dana kami terbatas," kata Ardayani.

"Ini data per Desember 2014, kemungkinan besar kadar air saat ini belum jauh berubah," ujarnya.

Terkait pemanfaatan air Sungai Siak sebagai bahan air bersih yang disalurkan ke tiap rumah, pihak BLH berharap konsumen Perusahaan Air Bersih tidak menggunakan sebagai air minum atau untuk mencuci bahan makanan. "Saat ini air Sungai Siak level 3, tidak bisa digunakan sebagai air minum. Kami yakin, perusahaan air bersih banyak menggunakan zat untuk menetralisir keruhnya air. Sebaiknya jangan digunakan untuk air minum, dan jangan juga untuk mencuci sayur-sayuran," ujarnya.

Melilat kondisi pencemaran tersebut, lanjut arda, air Sungai Siak sangat tidak baik bagi kesehatan manusia. Jika langsung digunakan, pasti memiliki dampak, namun tidak langsung dirasakan. "Kalau ada yang memaksakan diri menggunakan air sungai langsung untuk keperluan rumah tangga, pasti berdampak bagi kesehatan. Namun tidak langsung, 5 atau 10 tahun kemudian baru tampak jelas," pungkasnya. ***