Tetap Sekolah di Tengah Kabut Asap

Sesak Nafas, Siswi SMP Dicuekin Petugas Puskesmas Sukajadi

Sesak Nafas, Siswi SMP Dicuekin Petugas Puskesmas Sukajadi

PEKANBARU (HR)-Kebijakan Dinas Pendidikan Pekanbaru yang tetap memberlakukan aktivitas belajar mengajar di sekolah di tengah kabut asap, akhirnya memakan korban. Hal itu terjadi di SMP Negeri 17 Pekanbaru di Jalan Balam, Sukajadi. Salah seorang siswi kelas 9 bernama Wan Essi (13), tiba-tiba mengalami sesak nafas akibat tak kuat menahan asap.

Namun penderitaan Essi tak berhenti sampai di situ. Pasalnya, saat dibawa ke Puskesmas di Jalan Langsat, Sukajadi, petugas di sarana kesehatan pemerintah itu malah terkesan acuh tak acuh. Bukannya langsung melayani, ia malah menanyakan BPJS siswi yang bersangkutan.
Sikap itu jauh berbeda dengan kebijakan Walikota Pekanbaru Firdaus, yang menekankan seluruh
Sesak
Puskesmas di Kota Bertuah harus siaga melayani masyarakat yang menjadi korban kabut asap.
Menurut informasi, sesak nafas yang dialami Essi bermula ketika pembagian masker akan dilakukan di sekolahnya, Kamis (22/10) sekitar pukul 08.00 WIB. Namun suasana tiba-tiba berubah panik. Sejumlah guru tampak kaget ketika melihat Essi tiba-tiba mengalami sesak nafas.
Ketika itu juga ia langsung dilarikan ke Unit Kesehatan Siswa (UKS) milik sekolah. Namun sesak nafas yang dialami Essi tak berubah. Tak ingin terjadi apa-apa pada siswinya, Wakil Kepala SMP 17 Bidang Kesiswaan, langsung melarikan Essi ke Puskesmas Langsat, Sukajadi.

"Karena kondisinya semakin memburuk anak murid saya langsung saya gendong dan bawa ke Puskesmas di Jalan langsat," ujarnya.
Tak Dilayani
Namun harapan Essi bisa mendapatkan perawatan dengan segera, juga tak terwujud. Seperti dituturkan Darwis, ketika sampai di Puskesmas tersebut, perawat yang bertugas malah menyuruh mereka menunggu. Padahal sesak nafas yang dialami Essi makin menjadi-jadi.

Diakui Darwis, sikap perawat itu sempat membuatnya emosi. Dengan nada keras, ia kembali menanyakan penangangan terhadap siswinya itu. Namun bukannya dilayani, sang perawat malah memberikan jawaban yang menurutnya sama sekali tidak membantu. Bahkan di perawat balik menanyakan apakah ia membawa kartu BPJS Kesehatan. Begitu juga saat Darwis meminta air putih, si perawat malah menyuruhnya membeli di luar.

"Puskesmaskan seharusnya melayani warga dengan baik, bukan menanyakan BPJS. Siswi saya sudah sesak begitu nafasnya malah disuruh menunggu, bukannya diberi bantuan. Padahal saya akan bayar pengobatanya. Saya minta air putih saja malah disuruh beli ke luar," tuturnya.

Dibawa ke RSUD
Kecewa atas pelayanan itu, Darwis pun kemudian menghubungi orangtua Essi. Setelah orangtua Essi sampai, siswi itu pun kemudian dilarikan ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

"Karena tak ada kejelasan dan orangtua si anak sudah tiba di Puskesmas, Saya langsung suruh bawa ke rumah sakit, karena di Puskesmas tidak mendapatkan perawatan," ucapnya.

Sementara orang tua siswi yang tidak mau menyebutkan namanya, saat dikonfirmasi enggan memberikan komentar. Namun sang ibu mengatakan bahwa kondisi anaknya sudah mulai membaik begitu mendapat perawatan di RSUD Arifin Achmad. "Anak saya sudah mulai membaik dan sedang menjalani perawatan," ujarnya.

Terkait kejadian itu, salah seorang dokter di Puskesmas Langsat, dr Isnaeni Anas, mengungkapkan, pelayanan terhadap Essi tidak maksimal karena ketika itu tabung oksigen milik Puskesmas tidak berada di tempat karena sedangkan dipinjam. Sementara itu Kepalas Puskesmas tidak ada di tempat.

"Saya tidak tahu persis kondisi pasien, jadi kami bukan menelantarkan pasien namun kami akui kami melakukan kesalah dengan tidak siapnya alat kami di saat pasien membutuhkan," ujarnya.

Menurutnya, ketika itu pihaknya telah meminta petugas menjemput oksigen tersebut . Namun guru yang mengatar pasien tidak sabar dan langsung membawa siswi dari Puskesmas. "Kami tawarkan ambulans juga tak mau," ujarnya. (nom, dik)