Cara Pertamina Hemat Devisa USD1,94 Miliar di 2016

Cara Pertamina Hemat Devisa USD1,94 Miliar di 2016

JAKARTA (HR)-PT Pertamina (Persero) berpotensi melakukan penghematan devisa sekira USD1,94 miliar pada 2016 apabila tingkat penyerapan fatty acid methyl ester (FAME) sesuai target sebesar 5,14 juta KL.

Cara Pertamina Hemat Devisa USD1,94 Miliar di 2016ice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro mengatakan, tahun depan sesuai dengan roadmap pemerintah akan menaikkan persentase mandatory pemanfaatan FAME pada bahan bakar diesel dari saat ini yang berada di level 15 persen untuk PSO dan industri dan 25 persen untuk ketenagalistrikan, menjadi 20 persen dan 30 persen.

Total proyeksi kebutuhan FAME yang dapat dipasok Pertamina pada tahun depan diperkirakan mencapai 5,14 juta KL, terdiri dari 2,76 juta KL untuk PSO, 1,12 juta KL untuk Biosolar industri dan 1,26 juta KL Biosolar yang dipasok untuk pembangkit listrik. Besaran ini lebih tinggi dibandingkan dengan proyek awal sekitar 4,8 juta KL.

"Apabila diasumsikan rata-rata indeks harga gasoil tahun depan di kisaran USD60 per barel, maka Pertamina akan menghemat devisa sebesar USD1,94 miliar. Langkah ini menjadi satu lagi bukti penting dan konkret upaya Pertamina untuk mencegah aliran devisa ke luar negeri, khususnya dari impor Solar,” kata Wianda.

Sementara itu, untuk tahun ini Pertamina menargetkan dapat menyalurkan FAME sebanyak 966.785 KL hingga akhir tahun.

Jika asumsi harga indeks pasar gasoil USD60 per barel, penyerapan FAME tersebut setara dengan penghematan devisa sekitar USD360 juta.Wianda menambahkan, Pertamina optimistis penyerapan FAME akan sesuai dengan target, apalagi setelah pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No.61 tahun 2015 yang mengamanatkan pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit, di mana selisih akibat fluktuasi harga FAME dan Diesel akan di atasi oleh lembaga tersebut.

Untuk persiapan pendistribusian FAME pada Biosolar Pertamina, saat ini perusahaan telah menyiapkan 46 TBBM utama yang tersebar di titik-titik strategis di Indonesia Barat, Tengah, dan Timur. (okz/mel)