Atasi Karhutla

Fahri: Harus Ada Mobilisasi Nasional

Fahri: Harus Ada  Mobilisasi Nasional

JAKARTA (HR)-Belum tuntasnya permasalahan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan, mendapat tanggapan serius dari Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.

 Menurutnya, harus ada mobilisasi nasional agar malapetaka ini segera teratasi.

"Harus ada mobilisasi nasional, harus hentikan sumber asap. Ada mobilisasi uang, sumber daya manusia, aparat, sipil, militer harus datang dan padamkan sehingga asap berhenti. Itu yang saya tidak lihat di eksekutif," ujarnya, Rabu (30/9).

"Asap seperti hanya disaksikan, ditonton, tidak ada penyelesaian. Satelit Amerika itu tahu titik api di mana dan kenapa


Fahri
kita orang Indonesia malah tidak tahu titik api di mana. Kerahkan apa yang bisa dikerahkan," imbuhnya.

Menurut Fahri, perlu ada upaya mitigasi atau pencegahan atas bencana asap dengan pengadaan teknologi yang lebih canggih untuk memantau titik api. Dia pernah ke Arizona dan menyaksikan AS bahkan mengetahui tiap satu pohon yang ditebang di mana.

"Kalau tahu titik apinya, kenapa nggak dipadamkan? Saya terima sms-sms, sedih dengar orang Sumatera dan Kalimantan. Bahkan sudah menjalar ke Singpura dan Malaysia," ujar politisi PKS itu.

Fahri mengatakan, DPR, karena sebagai lembaga pengawas pemerintah, tidak bisa langsung turun dengan ikut mengerahkan kekuatan memadamkan api, karena itu adalah tugas eksekutif.

Belum Bencana Nasional
Sementara itu, Menko Polhukam Luhut Panjaitan, mengatakan bencana kabut asap belum perlu ditetapkan sebagai bencana nasional.



"Tak perlu, karena kita sudah bisa lakukan dengan baik dan kita juga sudah berkomunikasi dengan negara tetangga kita karena mereka juga menjadi bagian yang terkena dampak ini," ujarnya, usai rapat koordinasi dengan sejumlah gubernur yang daerahnya menjadi sumber asap dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dalam kesempatan itu, Luhut juga menyayangkan penilaian sebagian pihak, yang menyebut kedatangan Presiden Jokowi ke tempat yang terkena kabut asap, merupakan pencitraan.

Luhut menilai, pendapat publik seperti itu sangat tidak pantas. "Jadi kalau orang bilang presiden pergi ketempat yang ada asap karena melakukan pencitraan. Saya rasa itu omongan yang tidak pantas, karena dengan saat beliau pergi ke tempat asap-asap itu kita sudah menemukan pola penyelesaian untuk masalah kebakaran ini," papar Luhut.

Selain itu, ia juga akan mengundang perwakilan dari Singapura untuk datang dan melihat langkah-langkah apa saja yang sudah dilakukan untuk menangani permasalahan asap tersebut. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan dari bencana asap, salah satunya wilayah Kalimantan Tengah yang sudah menunjukkan proses kemajuannya.

"Besok ini juga kita undang dari Singapura untuk melihat, dan presiden sudah memerintahkan saya untuk itu dan kita akan mengajak untuk melihat langkah-langkah apa saja yang sudah dilakukan," sambungnya.

"Jadi tanggal 10 kami akan pergi kesana untuk melihat perkembangannya, dan ajak wartawan juga untuk melihat perbedaannya dari kemarin sebelum ke sana dan sekarang," pungkas Luhut kepada wartawan. (dtc)