Gelar Adat Bupati Jadi Pro-Kontra

Gelar Adat Bupati Jadi Pro-Kontra

PUJUD (hr)-Bupati Rohil menerima gelar adat dari Kerapatan Adat Sebelas Suku Kampong Pujud, menimbulkan pro dan kontra.

 Hal itu terjadi karena diduga belum adanya penjelasan isi sabda gelar adat yang diberikan tersebut.

Sebelumnya, pemberian gelar adat dilakukan Sabtu (19/9), dalam Perhelatan Satu Abad dan Kenduri Adat Kampong Pujud di samping Balai Adat Kecamatan Pujud.

 Gelar yang diberikan, Datuk Seri Maha Rajo kepada H Saleh Djasid, Datuk Paduko Rajo, kepada Bupati Rohil, Datuk Setia Amanah, kepada Ketua DPRD Rohil, oleh Kerapatan Adat Sebelas Suku Kampong Pujud.

Sudah keharusan gelar suku atau adat harus diberikan sesuai dengan kriteria dan alasan tertentu. "Ingat bukan Pujud yang punya adat, tapi orang Melayu daerah seluruh di Rohil dan orang Melayu daerah tetangga juga punya adat itu.

 Kalau seseorang diberi gelar Datuk Paduko, artinya Dia Rajaku, ini bukan sebagai raja orang Pujud tapi raja orang Melayu Rokan, sesuai pengetahuan dan silsilah yang saya tahu," tegas salah satu tokoh Pemuda Anak Melayu Rokan, Zulfan Efendi (33), kepada wartwan melalui kotak BBM, Selasa (30/9).

"Saya bertanya apa alasan diberi gelar oleh Pucuk Suku di Pujud sana. Saya punya hak komentar, karena saya anak dari Suku Melayu sana, saya berhak bertanya karena saya tak punya kepentingan," tegasnya.

Ketika disinggung apa hak dirinya berbicara demikian, katanya dia punya hak dan dirinya merupakan Putra Melayu Rokan.

 "Saya sebagai putra adat itu, saya sebagai putra atau anak kemenakan dari Suku Melayu Besar sangat menyanyangkan datuk atau ninik mamak Pujud memberi gelar kepada orang lain. Entah bencana apa lagi yang akan didapatkan di Pujud ini nanti," kata Fendi gusar.

Hal itu disebutkan Fendi karena pada Senin (29/9), telah terjadi amukan sekummpulan gajah di Desa Pujud yang mengakibatkan jatuh korban.

 "Adat bagi kami merupakan marwah yang tidak boleh diperljualbelikan untuk kepentingan pribadi ataupun sekelompok tertentu. Saya saja yang hanya sebagai anak kemenakan merasa kecewa apalagi ninik mamak dari daerah lain," kata Fendi dengan wajah sedih.

Secara pribadi Fendi menyebutkan bahwa dirinya lebih merasa masuk akal jika gelar adat tersebut diberikan kepada orang batak, karena sama-sama dari Sumatera.

 "Saya lebih suka orang Batak diberi gelar itu, karena masih sama-sama dari Sumatera," ucap Fendi, menyindir.(zmi)