Produsen 'Raksasa' Alat Berat Tambang

PHK 10.000 Karyawan

PHK 10.000 Karyawan

Jakarta (HR)-Turunnya harga komoditas pertambangan turut memukul permintaan alat-alat berat untuk keperluan pertambangan produksi Caterpillar Inc. Perusahaan 'raksasa' alat berat asal Amerika Serikat pekan lalu menyatakan, memangkas perkiraan pendapatan 2015, kemudian disusul akan memangkas jumlah karyawannya sebanyak 10.000 tenaga kerja hingga 2018. Saham Caterpillar disebutkan turun 8 persen selama 5 tahun.

Sepanjang tahun 2014, perusahaan-perusahaan pertambangan telah memotong anggaran dan menahan ekspansi akibat jatuhnya harga komoditas dan kelebihan pasokan diantaranya minyak mentah, tembaga, batu bara dan bijih besi. Melambatnya perekonomian China turut andil terhadap lesunya kegiatan pertambangan yang membuat permintaan alat berat Caterpillar pun lesu.

Caterpillar memperkirakan pendapatannya bakal jatuh pada 2015 ini menjadi US$ 48 miliar. Penurunan ini akan menjadi penurunan yang ketiga kalinya secara berturut-turut. Tahun depan pun perusahaan memperkirakan pendapatannya bakal turun 5%.

"Kami menghadapi konvergensi menantang kondisi pasar di daerah kunci dan sektor industri, yaitu di bidang pertambangan dan energi," kata Chief Executive Officer Caterpillar, Doug Oberhelman dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (27/9).

Caterpillar mengatakan, akan memangkas 4.000-5.000 pekerja pada akhir tahun 2016. Perusahaan ini telah mengurangi tenaga kerja lebih dari 31.000 orang sejak pertengahan 2012.

Perusahaan alat berat tersebut, menurut data Thomson Reuters tercatat memiliki 114.233 karyawan pada 31 Desember 2014.

"Pada 2016 kami akan menandai pertama kalinya dalam sejarah Caterpillar sejak berdiri 90 tahun lalu, penjualan dan pendapatan menurun empat tahun berturut-turut," jelas Caterpillar dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters.

Pertumbuhan pendapatan tahunan terakhir tercatat pada tahun 2012, tahun pertama setelah mengakuisisi perusahaan pembuat alat berat Bucyrus International Inc. Nilai pasar perusahaan tersebut saat ini sekitar US$ 39 miliar, turun drastis dari hampir US$ 60 miliar pada 2012.

Analis S & P Capital IQ Jim Corridore mengatakan, restrukturisasi merupakan jawaban terhadap kondisi pasar. Peoria, Ilinois, sebagai basis produksi Caterpilar, pembuat peralatan pertambangan dan konstruksi terbesar dunia, juga terkena dampak pelambatan kegiatan industri di China.

“Kinerja perusahaan menunjukkan berkurangnya pertumbuhan pendapatan dalam beberapa tahun terakhir (dan) pendapatan yang menurun," kata Jim.
Awal bulan ini, pembuat peralatan pertambangan Joy Global Inc (JOY.N) juga mengeluarkan peringatan atas laba perusahaannya yang tengah berjuang beradaptasi dengan pelambatan permintaan.

Deere & Co (DE.N), produsen peralatan pertanian terbesar di dunia mengumumkan PHK lebih dari 900 karyawan pabrik pada Januari lalu akibat penurunan harga gandum yang mengikis permintaan alat-alat produksinya.(dtf/mel)