kualitas Udara Riau Berbahaya

Kurangi Aktifitas di Luar Ruangan

Kurangi Aktifitas  di Luar Ruangan

PEKANBARU (HR)-Sejak pukul 00.00 WIB kemarin, kualitas udara di wilayah Provinsi Riau sudah melewati ambang batas berbahaya, kecuali Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir. Warga diminta untuk mengurangi aktifitas diluar ruangan.

"Kami menghimbau masyarakat untuk mengurangi aktifitas diluar ruangan atau rumah, kalau terpaksa gunakanlah masker atau penutup saluran pernafasan," kata Plt Gubernur Riau (Gubri) Arsyadjuliandi Rachman, kepada Haluan Riau, melalui seluler Sabtu (26/9).

Masyarakat diminta untuk menahan diri, dengan mengurangi beraktifitas di luar rumah. Mengingat partikel asap yang ada saat ini sangat beresiko tinggi bagi kesehatan, terutama anak-anak, ibu hamil dan penderita asma.

"Saya harapkan juga, perbanyak mengkonsumsi air putih dan makanan yang bergizi. Kami dari pemerintah akan terus melayani melalui Posko Kesehatan yang ada, silahkan datangi posko-posko yang ada tersebut," kata Andi Rachman.

Data terbaru yang dirilis Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumatera kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PPES-KLHH) RI, Sabtu (26/9) kemarin,

"Dari hasil pemantauan kualitas udara di enam wilayah di Riau, dapat disimpulkan kualitas udara di Riau kembali pada level berbahaya, kecuali Dumai dan Rokan Hilir," kata Ahmad Isroil Kabid Pengolahan Data PPES-KLHH RI kepada Haluan Riau.

Juga dikatakan, kualitas udara tersebut agak sedikit berbeda dari pada saat ditetapkannya status darurat pencemaran udara oleh
Kurangi
Plt Gubernur Riau (Gubri) beberapa waktu lalu.

"Hal ini disebabkan arah angin yang bertiup dari selatan, dan di atas Riau angin bergerak menuju ke timur, sehingga daerah seperti Rokan Hulu juga tak dilewati partikel asap," jelas Isroil.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, Sugarin kepada Haluan Riau. Menurutnya, saat ini citra satelit memantau ada pergerakan partikel asap dari arah selatan.

"Jelas dari hasil pantauan citra satelit, ada partikel asap yang bergerak dari arah selatan (Sumsel, red) menuju Riau, lalu bergeser ke ara timur seiring dengan pergerakan arah angin," ungkap Sugarin.

Dikatanya, sampai hari ini kondisi angin di wilayah Riau masih dalam keadaan calm, sehingga terjadi penumpukan partikel asap di wilayah Riau.

Rengat Parah

"Yang terparah justru terjadi di wilayah Inhu, karena dalam dua hari ini jarak pandang di Japura hanya 30 meter. Kadar kepekatan partikel asapnya sangat tinggi, kualitas udaranya sudah berbahaya," kata Sugarin.

Sementara itu asap yang dalam dua hari terakhir ini telah menjadi ancaman bagi masyarakat Negeri Gerbang Sari. Jarak pandang di Kota Rengat, Pematang Reba, Pasir Penyu dan Belilas hanya 50 meter. Tentunya mengkhawatirkan bagi kondisi kesehatan masyarakat.

"Saat ini, asap lebih para dari beberapa waktu sebelumnya, sepertinya ini merupakan puncak kepekatan asap yang menyelimuti Inhu. Dan jika kondisi ini berlangsung lama, maka ribuan masyarakat Inhu berada diambang kematian dan bahkan bisa membuat masyarakat meninggal secara mendadak atau meninggal secara masal," ujar Hafizon Ramadhan tokoh masyarakat Inhu di Pematang Reba.

Mantan anggota DPRD Inhu itu berharap kepada Satgas Karlahut Inhu untuk fokus dalam memadamkan api. Dan kepada aparat terkait dalam hal ini institusi Kepolisian Resort (Polres) Inhu agar dapat menindak tegas pelaku Karlahut yang ada.

"Polres Inhu harus tegas dan tidak tebang pilih dalam melakukan penindakan tehadap pelaku Karlahut. Jangan hanya masyarakat yang membakar lahan dengan skala kecil yang ditindak atau ditangkap, sementara perusahaan perkebunan yang membakar lahan dengan skala besar yang lahan mereka terbakar puluhan hingga ratusan hektar tidak ditindak. Terbakar atau dibakar, dampaknya sama saja, sama-sama menimbulkan kabut asap," tegas Hafizon kesal.

Siswa Dipulangkan

Kegiatan belajar mengajar di Pekanbaru juga dihentikan Dinas Pendidikan Pekanbaru, mengingat situasi udara yang sangat membahayakan bagi kesehatan para siswa.

Para orangtua murid ditelpon guru untuk segera menjemput anak ke sekolah, karena siswa diliburkan. "Ya, tadi kami ditelpon gurunya anak-anak untuk menjemput mereka, karena sekolah diliburkan," kata Nanik (43) kepada Haluan Riau.

Bahkan, melihat kondisi faktual secara kasat mata kepekatan partikel asap yang sempat menurun pada siang hari, tetap membuat para orangtua resah dengan kepastian belajar anak-anak mereka.

"Anak-anak sudah berhari-hari ketinggalan pelajaran, tapi tadi kami sudah dapat informasi bahwa mereka sudah diberi tugas untuk dikerjakan di rumah," tambah Nanik puas.***