Akibat harga Sawit dan Karet Anjlok

Pedagang Mengeluh, Daya Beli Masyarakat Rendah

Pedagang Mengeluh, Daya Beli Masyarakat Rendah

PANGKALAN KERINCI (HR)-Anjloknya harga komoditi sawit dan karet berpengaruh besar terhadap ekonomi masyarakat. Tak hanya dikeluhkan petani, tapi para pedagang juga terkena imbasnya.
"Ekonomi kita sekarang ini sedang kocar kacir," ungkap Didi (42) pedagang di Pasar Baru Pangkalan Kerinci, Senin (21/9).
Menurut pemilik lapak sayur Didi Bersaudara ini, sejak anjlok harga sawit dan karet, daya beli masyarakat pun semakin hari semakin turun.
"Kalau grafiknya bisa jadi 70 persen daya masyarakat berkurang. Penyebabnya, jatuhnya harga sawit dan karet petani. Bagaimana mau belanja banyak, harga sawit saja pernah Rp350 per kilogram," ungkapnya.
Bayangkan saja sambungnya, kalau saat ini harga sawit sudah mulai naik Rp600 per kilogram, namun tetap saja belum bisa mengubah daya beli konsumen." Kalau sawit 2 ton, baru Rp1,2 juta kotornya. Jangan kan untuk beli pupuk, untuk belanja harian dan sekolah anak mereka susah," imbuhnya.
Padahal imbuhnya, harga kebutuhan saat ini cenderung menurun."Harga kebutuhan sudah banyak yang turun, kecuali beberapa komoditi saja yang cenderung naik," paparnya.
Disebutkannya, seperti harga cabai cukup jauh turun."Cabai merah dan hijau tinggal Rp24 ribu lagi. Padahal sebelumnya capai Rp28 ribu sepekan lalu," tambahnya.
Termasuk juga harga bawang merah bertahan Rp20 ribu dan harga bawang putih cenderung naik ke angka Rp22 ribu." Sebetulnya harga tidak naik, tapi masyarakat yang beli berkurang sedangkan pasokan barang tetap masuk," tukasnya.
Keluhan lemahnya daya beli masyarakat juga diungkapkan Manda (39), pedagang daging di Pasar Baru Pangkalan Kerinci.Kata dia, harga daging tetap bertahan. Sebelum puasa dan hingga saat ini masih berada di angka Rp120 ribu/kg." Itu kan buka harga, bisa saja turun menjadi Rp110 ribu. Namun yang jelas, warga yang belanja semakin hari makin berkurang," ujarnya bersama Andi pemilik lapak daging Andi Bersaudara.(zol)