Kemarau Panjang

Ratusan Hektare Palawija Kekeringan

Ratusan Hektare Palawija Kekeringan

RENGAT (HR)-Kemarau panjang di Riau, khususnya Indragiri Hulu, tak hanya menimbukan bencana kabut asap, namun berdampak terhadap kerusakan pada lahan tanaman palawija holtikultura. Terdata seluas 443 hektare areal yang dijadikan buat menanam berbagai aneka tanaman palawija dalam kondisi kering.

Sehingga petani yang menanam pa
lawija holtikultura tersebut belum sempat memanen tanamannya. Akibatnya mem
bawa kerugian bagi petani, sehingga menimbulkan permasalahan ekonomi pada rumah tangga. “Kita cukup prihatin dengan kondisi kekeringan yang melanda wilayah Inhu saat ini yang menyebabkan tanaman palawija dan holtikultura mengalami kerusakan. Meskipun para petani telah mendapatkan bantuan pompa air guna mengairi areal tanamannya tetapi tidak bisa difungsikan akibat tidak adanya sumber air,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Inhu Rahmat, Minggu (13/9).

Dijelaskan, hingga 8 Agustus 2015 lalu, areal tanaman palawija dan holtikultura yang mengalami kekeringan di wilayah Inhu, antaranya jagung 343 hektare, selanjutnya tanaman kedelei 30 hektare, kacang tanah 18 hektare, ubi kayu 14 hektare, kacang panjang 3 hektare, serta tanaman cabe 35 hektare. “Sudah pasti sekarang ini luas lahan yang mengalami kekeringan semakin bertambah karena tak kunjung turun hujan,” ucapnya. Dijelaskan, kondisi tanaman palawija yang mengalami kekeringan tersebut telah dilaporkan kepada Bupati Inhu. Selanjutnya diteruskan kepada Pemprov Riau serta pihak terkait lainnya.

Pihaknya mengimbau, kepada petani bersabar menghadapi bencana yang melanda, serta tak berputus asa dan tetap berupaya tanaman palawija serta holtikultura tetap dijaga dan diupayakan mendapatkan pasokan air.  Sebelumnya diungkapkan, kerusakan tanaman padi juga dialami petani di Inhu. Berdasarkan data pusat statistik dan Departemen Pertanian pada tanggal 8 Agustus 2015 tercatat seluas 280 hektare mengalami kekeringan.

Selain itu, seluas 50 hektare tanaman padi di Inhu mengalami puso, sedangkan untuk tanaman palawija yang mengalami puso tercatat seluas 84 hektare. Tanaman yang mengalami puso ini sudah rusak dan tidak bisa dimanfaatkan lagi oleh petani. (rez)