Perhatian Pemerintah Kurang ke MTs Sejahtera Bersama Rambah Samo

Dua Tahun Belajar di Musala

Dua Tahun Belajar di Musala

Aisah, Asmawati, dan Nurhalimah, siswi MTs Sejahtera Bersama, Kamis (10/9) mengaku mengeluh dan kurang nyaman belajar di musala. Pasalnya saat belajar di sana, mereka duduk di lantai. Tidak ada kursi seperti sekolah lainnya yang memiliki sarana prasarana yang lengkap.
“Belajar di musala sebenarnya kurang nyaman Pak. Tempat duduknya pun tidak ada. Tapi mau bagaimana lagi, ruang kelas sudah penuh. Kami berharap, Pemerintah dan DPRD lebih peduli lagi pada kami. Sebagai siswa, kami juga ingin tempat belajar yang layak seperti sekolah lainnya,” harap Aisah, yang diamini dua rekannya Asmawati dan Nurhalimah.
Sementara itu Kepala Sekolah MTs, Sejahtera Bersama Surakim
Hadirahman, mengaku proses belajar-mengajar di musala tersebut dilakukan karena ruang kelas yang ada saat ini sudah penuh. Keluhan tersebut sudah sering disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu, melalui Dinas Pendidikan dan Kemenag Rohul, namun hingga saat ini belum direalisasikan.
“Proposal pengajuan ruang kelas baru ini sudah pernah kami sampaikan kepada Dinas Pendidikan Pak, tapi belum direalisasikan. Agar kegiatan proses belajar ini tidak terhambat, kita membuat kebijakan, siswa kelas 1 belajar di musala, sedangkan siswa lainnya tetap di ruang kelas,” terang Surakim Hadirahman.
Diakui Surakim Hadirahman, sesuai hail koor dinasi dengan Kanwil Riau, dalam waktu dekat sekolah MTs Sejahtera Bersama tersebut akan dinegerikan bersama 6 sekolah MTs lainnya yang ada di Kabupaten Rokan Hulu. Menurutnya semua persyaratan yang diminta sudah dipenuhi sesuai ketentuan yang ada.
Untuk itu, Kepala Sekolah MTs Sejahtera Bersama ini meminta kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu, agar memperhatikan dengan mengalokasikan dana untuk pembangunan ruang kelas baru. Karena bagaimana pun juga, MTs ini berada di wilayah Rokan Hulu.
"Belajar di musala ini sebenarnya sudah berlangsung dua tahun. Tapi mau bagaimana lagi, proposal sudah disampaikan tapi belum direalisasasikan,” keluh Surakim Hadirahman. ***