Titik Api Mulai Berkurang Pemerintah Dinilai tak Serius

200 Ha Lahan Musnah di Kampar

200 Ha Lahan Musnah di Kampar
PEKANBARU (HR)-Kawasan Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, juga menjadi salah satu kawasan yang menderita akibat parahnya kebakaran hutan dan lahan. Tak tanggung-tanggung, selama sepekan belakangan ini, seluas 200 hektare lahan di kawasan itu musnah dilalap api. 
 
Bahkan api sempat meluas hingga nyaris membakar permukiman warga. Saking tebalnya kabut asap akibat karhutla, warga di kawasan ini bahkan sempat mengungsi ke daerah lain. Belum lama ini, di daerah ini juga tercatat, ada 47 siswa yang pingsan, karena tak kuat menghirup kabut asap saat belajar. 
 
Pekatnya kabut asap di kawasan ini, dengan mudah bisa dirasakan masyarakat yang melintasi Jalan Lintas Pekanbaru-Sumatera Barat. 
 
200 Ha Kabut asap di kawasan ini, terasa begitu menyengat dan udara juga terasa lebih sesak dibanding kawasan lain di sepanjang ruas jalan utama tersebut. 
 
Hingga Minggu (6/9) kemarin, puluhan petugas gabungan dari Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) dan Dinas Pemadam Kebakaran Kampar, TNI dan Polri, masih berjibaku melakukan pemadaman lahan seluas 200 hektare di Jalan Parit Indah Kilometer 17 Dusun III Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kampar.
 
Upaya pemadaman sudah berlangsung selama sepekan. Minimnya sumber air dan kencangnya angin, menjadi kendala petugas melakukan pemadaman. Bahkan, upaya pemadaman sempat terhenti beberapa hari karena petugas harus menyelamatkan warga di kawasan itu dari serbuan api dan asap. 
 
 
Seperti dituturkan Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pekanbaru, Syailendra Jamal, Kepada Haluan Riau,  beberapa hari lalu, api sempat menjalar hampir ke rumah penduduk. "Jadi kita harus selamatkan warga dulu, baru kembali melanjutkan pemadaman," ungkapnya, Minggu kemarin di lokasi Karhutla. 
 
Untuk pemadaman di kawasan itu, tim gabungan memanfaatkan air dari mobil Damkar Pemkab Kampar yang kemudian ditampung di tanki-tanki penampungan. 
 
"Karena air sangat terbatas. Jadi kita terkendala untuk memadamkan api. Di sini hanya ada satu titik air. Harus kita suplai dengan menggunakan tanki. Juga ada bantuan dari Damkar untuk menyuplai air," terang Syailendra.
 
Mengungsi Sementara itu, Awaluddin (60), salah seorang warga sekitar, mengungkapkan Karthula di kawasan itu sudah terjadi sejak sepakan ini. Saking pekatnya kabut asap, ia dan warga lain terpaksa mengungsi ke tempat lain. 
 
"Kami sempat mengungsi selama dua hari. Tidak tahan dengan asapnya. Apalagi anak-anak. Kebetulan lagi libur. Kami memilih mengungsi ke Sungai Pinang," ujar ayah sembilan anak ini.
 
Lebih lanjut, Awaluddin yang sehari-hari berprofesi sebagai wiraswasta ini menyebutkan kalau api mulai terlihat dari belakang hingga menjalar ke depan, tepatnya menuju arah jalan lintas Pekanbaru-Bangkinang.
 
"Hingga hampir sampai ke rumah kami. Kami takut lah. Kalau sudah begini, tidak ada yang mengaku lagi. Semua pada mengelak. Seperti sekarang, kan susah jadinya. Kasihan anak-anak dan lansia. Banyak asap begini," lanjutnya.
 
Dalam kesempatan tersebut, Awaluddin berharap agar pihak terkait dapat menemukan pelaku yang melakukan pembakaran lahan ini. "Dikasih ganjaran yang setimpal. Karena bukan dia saja yang kena, tapi semua ikut kena," kembali dia menegaskan.
 
Karena luasnya total lahan yang terbakar, membuat petugas mesti membagi konsentrasi dan kekuatan untuk melakukan pemadaman. Tak ayal, jalan lintas Pekanbaru-Bangkinang dari Km 16 hingga Km 18, hingga pukul 17.00 WIB, tampak diselimuti kabut asap tebal. 
 
Jarak pandangpun tak lebih dari 300 meter. Sementara, dari Km 18 hingga memasuki Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, jarak padang tak lebih dari 1 kilometer. 
 
Tak Serius Terkait masih maraknya kabut asap, pengamat politik dan pemerintahan Riau, Ronny Basista menilai, hal itu menunjukkan pemerintah terkesan tak serius dalam menangani Karhutla. Pasalnya, meski sudah lama, hingga kini Karhutla masih saja berulang dan terjadi di Riau. 
 
"Kita sangat menyayangkan keadaan ini berulang lagi. Yang paling dituntut adalah penanganan yang efektif seluruh pihak di bawah koordinasi gubernur," ujarnya. 
 
Menurut dosen Fisip Universitas Terbuka Pekanbaru ini, masalah asap ini sebenarnya penyebabnya tidak hanya disebabkan kesengajaan. Namun, akibatnya karena kondisi cuaca yang membuat lahan jadi mudah terbakar. 
 
Dengan kondisi seperti ini, Plt Gubri dituntut untuk memainkan perannya secara maksimal. Khususnya untuk menjalin koordinasi dengan pihak lain, mulai dari penanganan di lapangan hingga proses penegakan hukum. "Di sini peran Plt Gubri sangat vital. Masyarakat akan menilai kepemimpinan seseorang itu di saat krisis seperti sekarang ini," pungkasnya. 
 
Penilaian serupa juga datang dari Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Barisan Muda Riau (BMR) Azhari Wispinaldo. "Sudah 18 tahun kondisi  Riau kekinian bukan hanya penghasil minyak saja akan tetapi sebagai penghasil asap, hal ini disebabkan banyaknya kebakaran hutan dan lahan di seluruh kabupaten/kota di Riau oleh oknum- oknum perusahaan yang tidak bertanggung jawab tentu hal ini sangat memprihatinkan," katanya.
 
Dia menuding, perusahaan hutan tanaman industri dan perusahaan perkebunan sebagai penyumbang asap terbesar dalam melakukan kebakaran hutan dan lahan di Riau.
 
Ditegaskannya, kasus ini tentu harus ditindak secara tegas oleh pemerintah karena bertentangan dengan Undang-undang Nomor 41 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah No 4 Tahun 2001 tentang Kebakaran Hutan dan Lahan.
 
"Kami harapkan kepada pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar segera mencari solusi dan komit untuk memberantas aksi pembakaran lahan di Riau," pungkas  Azhari Wispinaldo.
 
Mulai Beroperasi
Mengenai penanganan Karhutla, tiga unit helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di antaranya Heli Sikorski, Kamov dan MI-171, serta satu pesawat Air Tractor, sejak Minggu kemain sudah mulai beroperasi melakukan bom air. Pemadaman air melalui udara tersebut dikonsentrasikan di empat daerah, yakni Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir.  
 
Penggunaan ketiga helikopter dan pesawat itu disaksikan langsung Plt Gubri Arsyadjuliandi Rachman, saat dilepas di Lanud Roesmin Nurjadin.  Pengoperasian ketiga heli dan dan satu pesawat ini sempat tertunda dalam beberapa hari ini karena kabut asap tebal dan jarak pandang hanya 500 meter. Baru pada hari Minggu kemarin asap mulai berkurang pada siang hari dan jarak pandang sudah mencapai 1.200 meter.
 
"Pilot dan heli sudah standbay, jarak pandang juga sudah berangsur baik, jadi tiga heli dan satu pesawat ini baru bisa beroperasi," ujar Plt Gubri.
 
Dijelaskan Plt Gubri, seperti apa yang telah disampaikan oleh Presiden RI, Joko Widodo, dimana masing-masing provinsi menyiapkan posko Satgas, seperti yang ada di Riau. Selain itu, akan ada juga ada posko nasional yang dipimpin langsung Menhut LH Siti Nurbaya.
 
"Dlam rapat Riau mendapat apresiasi. kerja posko yang ada di Lanud Roesmin Nurjadin dianggap lebih siap dalam hal penanganan Karhutla. Itu kita tak mengada-ada, semuanya ada datanya, baik itu laporan harian dan data lainnya," ungkapnya.
 
Meski kabut asap masih tebal, namun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Stasiun Pekanbaru, tidak lagi menemukan titik api pada Minggu kemarin. 
 
Menurut Yessi, analis BMKG Pekanbaru, titik api yang terdeteksi di Sumatera ada sebanyak 447 titik. Namun untuk Riau, tidak ditemukan lagi ada titik api.  "Tapi pada pagi tadi (kemarin, red) ada tiga, yakni dua titik di Pelalawan dan satu titik api di Inhu," terangnya. (dod, nur, hir, rud)