Pemkab Diminta Buka Lapangan Kerja Baru

Pemkab Diminta Buka Lapangan Kerja Baru

SELATPANJANG (HR)- Cukup banyak masyarakat Kepulauan Meranti harus menggantungkan masa depan keluarganya di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

 Warga ini datang ke negara tetangga itu menyamar sebagai touris atau pengunjung. Dan menyempatkan diri menjadi buruh kasar baik di pabrik atau pertokoan maupun buruh di perkebunan.

"Kalau di Singapura, kami sebagai karyawan pengantar barang dari pabrik ke toko-toko. Atau sebagai buruh di pergudangan di sentra-sentra produksi ataupun tempat pergudangan untuk pengiriman barang ke luar negeri," ujar Aseng, warga Jalan Belanak Sei Juling kepada Haluan Riau baru-baru ini.

Dan sebulan bekerja kadang bisa sampai tiga bulan baru kembali lagi ke Selatpanjang. Kita membawa hasil yang bisa menghidupi anak dan keluarga di Meranti.
Menurut Aseng, cukup lumayan besar gaji yang didapatkan bekerja sebagai buruh kasar di Singapura. Sebab memang di Meranti sendiri belum ada lapangan pekerjaan setelah kayu dari hutan habis sepuluh tahun lalu.

"Dari pada kita mati kelaparan, kita mencoba kucing-kucingan dengan petugas di negera tersebut, apalagi petugas di sana cukup sulit membedakan apakah kita dari Indonesia atau dari negara itu sendiri,"ucapnya lagi.

Sementara di tempat terpisah, Ramili bin Musa warga Selatpanjang Timur yang bekerja sebagai buruh kebun sawit di negara jiran Malaysia mengaku paspor yang digunakannya memang sebagai paspor pengunjung. Hanya saja keberadaanya di negera tetangga itu karena juga dilindungi oleh pihak keluarga dekat yang sudah menjadi warga Negara Malaysia itu.

Ramli mengaku bisa pulang ke Selatpanjang sekali dua bulan.  Dan waktu pulang hanya satu atau dua minggu saja. Selebihnya bekerja sebagai buruh perkebunan sawit di pedalaman.  "Sehingga posisi di pedalaman itu cukup menguntungkan untuk tidak berpapasan dengan petugas polis di negara tersebut. Apalagi dengan adanya jaminan pihak keluarga di negara tersebut, maka kita bisa seakan menjadi karyawan tetap di perusahaan yang ada,"sebutnya lagi.

Baik Aseng maupun Ramli mewakili ratusan tenaga bahkan mungkin ribuan yang  secara diam-diam itu di dua negara tetangga tersebut, sangat berharap agar pemerintah daerah mampu menciptakan lapangan kerja baru di Meranti. Menurut mereka, sector perkebunan seperti perkebunan buah naga salah satu komoditi yang memiliki prospek cerah ekonomi Meranti  di masa datang. Selain bidang perkebunan atau pertanian, bidang perikanan juga sangat menjanjikan.

Pasar cukup tersedia karena kedekatan Meranti dengan dua negara yang jauh lebih maju dari Indonesia itu, membutuhkan berbagai bahan pangan yang berkualitas,”tambahnya.(jos)