Atasi Kelesuan Ekonomi

SBY Minta Pemerintah Berhenti Beretorika

SBY Minta Pemerintah Berhenti Beretorika

JAKARTA (HR)-Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, meminta pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak lagi beretorika, terkait kondisi perekonomian Indonesia yang masih mengalami pelemahan. Sebaiknya, pemerintah harus secara serius memikirkan solusi untuk mengatasi kondisi yang terjadi saat ini.

Salah satu hal yang harus dilakukan adalah bagaimana melakukan stabilitas harga, agar pelemahan ekonomi ini tak berdampak langsung bagi masyarakat menengah ke bawah.
"Tolong berhenti beretorika. Jangan beretorika ideologis. Rakyat tidak butuh. Mereka ingin barangnya ada, untuk membeli bisa terjangkau," ujar SBY, saat memberikan pengarahan dalam rapat pleno Pengurus Pusat Partai Demokrat, di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Jumat (28/8) malam.

Hadir dalam acara tersebut ratusan kader dari jajaran pengurus pusat, majelis tinggi, dewan pembina, dewan kehormatan, komisi pengawas, dan fraksi DPR RI Partai Demokrat.

Menurutnya, pemerintah harus menurunkan harga bahan pokok yang sudah kelewat tinggi. Caranya adalah dengan menyetop kebijakan apa pun yang dapat mendorong inflasi. Selain itu, pemerintah juga harus memastikan permintaan bahan pokok sesuai dengan distribusinya. Jika dilakukan dengan benar, maka SBY yakin harga bahan pokok tidak akan terus naik.



SBY
"Kalau harga bergejolak, tapi pemerintah terus beretorika, tidak akan selesai masalahnya," tambahnya.


Menurutnya, salah satu penyebab pelemahan ekonomi Indonesia saat ini, karena kurangnya kepercayaan dari para pengusaha dan investor. Karena itu, SBY meminta pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla memberikan akses dan kemudahan kepada para pengusaha untuk meningkatkan pertumbuhan. Salah satu caranya, adalah dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan khusus yang dapat membuat investor mau menanamkan modalnya di Indonesia.

"Buka jalan kepada investor, kepada eksportir, kasih karpet merah istilahnya," tambahnya.

SBY juga meminta Jokowi untuk memberikan perhatian kepada perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan harus memecaat karyawannya. Dia lantas bercerita mengenai pengalamannya memimpin Indonesia saat krisis ekonomi global mengancam pada 2008-2009 lalu.

Saat itu, SBY mengaku banyak menerima perusahaan yang terancam memberhentikan pegawainya. SBY meminta pemecatan tersebut tidak dilakukan, dan bertanya kepada para pengusaha apakah memerlukan bantuan dari pemerintah. Akhirnya, perusahaan sepakat tak melakukan pemutusan hubungan kerja karena bantuan insentif dari pemerintah.

"Kalau sampai terjadi PHK, maka akan menambah pengangguran baru, menambah kemiskinan baru," ucapnya.

Selain itu, salah satu langkah yang bisa ditempuh pemerintah adalah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat yang tidak mampu. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat sehingga nantinya ekonomi tergerak.
"Bantu masyarakat dengan program pro-rakyat. Beri bantuan langsung tunai. BLT tidak diharamkan," ujarnya lagi.

Coba Bertahan
Sementara itu, nilai tukar rupiah kembali diuji kekuatannya pada akhir pekan ini. Kenaikan indeks Dolar AS akan beradu kuat dengan peluang kembali masuknya dana investor asing melalui pasar keuangan.

Pada awal perdagangan di pasar spot pagi ini, rupiah bergerak turun hingga kembali menembus level 14.000. Data Bloomberg pukul 08.30 WIB menunjukkan, mata uang garuda berada di posisi Rp 14.014 per Dolar AS, lebih rendah dibanding penutupan kemarin pada 13.990,2.

Membaiknya data ekonomi AS yang diumumkan semalam berhasil kembali mendorong penguatan indeks dollar AS serta Indeks S&P 500. Tidak hanya itu, harga minyak juga berhasil naik tajam bersama harga komoditas lainnya. Kekhawatiran bahwa perekonomian AS akan melambat akibat kebijakan ekonomi Tiongkok perlahan semakin terkoreksi. Saat ini perhatian investor akan mulai beralih ke FOMC meeting di tengah September.

Sehari sebelumnya, rupiah berhasil menguat tajam bersamaan dengan pelemahan dollar AS di pasar Asia. Harga komoditas yang naik tajam berhasil mengembalikan rupiah ke posisi di bawah Rp14.000 per Dolar AS bersamaan dengan penguatan IHSG serta SUN.

Sentimen positif sepertinya mulai kembali setelah disingkirkan oleh anjloknya saham AS dan juga Tiongkok.

Menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia sentimen positif rupiah bisa berlanjut akan tetapi penguatan yang signifikan diperkirakan akan tertahan hingga titik di mana optimisme terhadap perekonomian AS mengangkat kembali harapan kenaikan suku bunga AS. Perhatian akan terbagi ke angka inflasi Agustus pada awal minggu depan. (bbs, kom, ral, sis)