Cerita Sukarman, Pejuang Kemerdekaan

"Ingatlah, Meraih Kemerdekaan Itu Sulit"

Perjuangan merebut kemerdekaan tidaklah semudah yang dibayangkan, perlu pengorbanan, bahkan berkorban nyawa demi membela tanah air dan bangsa.
Begitulah dikisahkan kakek Sukarman yang kini telah berusia 98 tahun. Ia merupakan salah satu pelaku sejarah yang masih menikmati kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 tahun.

Kepada beberapa awak media, Minggu (23/8) pada perayaan HUT Kemerdekaan ke-70 RI oleh Penerus Perintis Kemerdekaan Republik (PPKRI) Satuan Khusus Bela Negara Kabupaten Kampar di halaman Markas DPC PPKRI Satsus Bela Negara Kampar Jalan Lintas Ujung Batu, Desa Bukit Kemuning, Kecamatan Tapung Hulu. Sukarman tampaknya kesulitan menceritakan pengalaman hidupnya ketika berjuang bersama pejuang lain dalam merebut kemerdekaan. Keterbatasan daya ingat, membuatnya tak lagi dapat merunut masa mudanya secara apik pada saat perjuangan mengusir penjajah.

Meskipun begitu, Sukarman, namanya, masih ingat dengan jelas beberapa goresan sejarah perjuangan yang pernah dilaluinya. Pria kelahiran Kediri, Jawa Timur ini pernah dilatih oleh Jepang menjadi tentara perang. "Kurang lebih setahun waktu itu," katanya.

Sukarman bersama pemuda lainnya mendapat pendidikan militer, meski bukan sebagai prajurit berseragam resmi. Sedianya, kala itu, ia dan rekannya dilatih untuk memperkuat tentara Jepang melawan sekutu.

"Tapi waktu itu, tahun 45, Hiroshima dan Nagasaki dibom. Akhirnya Nippon berangkat dari Indonesia," ujar Sukarman. Zaman penjajahan belum berakhir setelah Jepang meninggalkan Indonesia. Setahun kemudian atau 1946, Belanda masuk.
Bapak 11 anak ini pernah dikejar-kejar oleh tentara Belanda. "Yang namanya dijajah, ya dikejar-kejarlah," ujarnya. Soekarno yang dianggap sebagai tokoh perjuangan kala itu, meminta agar tidak menyerah. Sehingga ia dan pemuda lainnya harus berpencar mencari tempat persembunyian.

"Ada yang ke hutan, ke mana-mana. Yang penting selamat," kata Sukarman. Setelah penjajahan berakhir, barulah ia kembali lagi ke Kediri dan membangun keluarga di sana.  Saat berusia 70-an tahun, ia menerima santunan untuk pejuang kemerdekaan dari Pemerintah sebesar Rp605, 6 sen kala itu.
Demikian Sukarman mengisahkan cerita singkat perjuangan yang masih diingatnya. "Tapi ingatlah, meraih kemerdekaan itu sangat sulit. Sudah banyak sekali yang kita korbankan," tuturnya dengan suara serak seraya tersenyum.

Sukarman pun merantau ke Aceh. Tahun 2000, ia hijrah ke Riau dan menetap di SP II, Desa Rimba Beringin Kecamatan Tapung Hulu, Kampar. Selama ini, ia mengaku tidak pernah mendapat undangan dalam berbagai acara peringatan kemerdekaan dari Pemerintah.

Sukarman mengaku bangga saat diajak Penerus Perintis Kemerdekaan Republik (PPKRI) Satuan Khusus Bela Negara Kabupaten Kampar dalam kegiatan perayaan  HUT Kemerdekaan RI ke-70. Sebelum kegiatan dimulai, pihak penyelenggara memberinya waktu untuk menyampaikan sambutan.***