Peringatan Bagi Pemerintah

IHSG Anjlok, Dolar AS Nyaris Rp14 Ribu

IHSG Anjlok, Dolar AS Nyaris Rp14 Ribu

JAKARTA (HR)-Kondisi perekonomian Indonesia sejauh ini belum menunjukkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Karena itu, pemerintah akan sangat hati-hati mengambil kebijakan menghadapi gejolak pasar keuangan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Karena bila sampai salah, ekonomi Indonesia bisa jadi semakin memburuk.

"Kalau kita berhadapan dengan kondisi pasar irasional, kita pake langkah biasa, ya kita tenggelam sendiri.
 
Kita harus melakukannya secara hati-hati," tegas Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Jumat (21/8).

Hal itu dilontarkannya menanggapi perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta nilai tukar rupiah yang tak kunjung membaik.

Sepanjang Jumat kemarin, IHSG terjun bebas 105,958 poin (2,39 persen) ke level 4.335,953. Sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS juga terus mengalami pelemahan. Bahkan pada Jumat kemarin, nilai tukar Dolar AS sudah mencapai Rp13.900, nyaris menembus Rp14 ribu.

Dikatakan Bambang, pada saat ini, hampir semua mata uang di dunia mengalami pelemahan terhadap Dolar AS. Bila rupiah dipaksa terlalu menguat terhadap semua mata uang, maka justru akan menggangu daya saing ekspor. Akibatnya ekonomi bisa sulit tumbuh.

Salah satu opsi yang muncul memang adalah pembelian kembali (buyback) saham. Tapi menurut Bambang bila dilakukan terburu-buru, maka justru pasar keuangan akan semakin panik dan menimbulkan risiko yang lebih besar.

"Kita punya strategi lah. Buyback juga nggak usah menunjukkan panik. Semua dibeli, seolah-olah akan menyelamatkan," jelasnya.

Kemungkinan buyback memang baru diarahkan kepada BUMN yang sudah melantai di bursa saham. Bambang merasa itu sudah cukup untuk kondisi sekarang. "Ya nanti kita lihat lah, sesuai keperluan saja. Bisa buyback oleh BUMN sendiri, atau oleh perusahaan-perusahaan yang listing," terangnya.

Ditambahkan Bambang, kondisi yang terjadi saat ini juga disebabkan sentimen berlebihan dari investor. "Sentiment berlebihan itu mungkin karena khawatir akan currency war, karena price war di oil, dan spekulasi bahwa AS akan segera menaikkan tingkat bunga. Jadi ini kombinasi yang akhirnya berimbas pada semuanya. Contohnya kan harga saham di AS pun jatuh, semua bursa kena," terangnya.

Dari sekian banyak persoalan, investor menganggap kondisi sekarang sangat irasional dan penuh ketidakpastian. Sehingga lebih baik memilih untuk meletakkan dananya di tempat yang aman, yaitu AS atau yang sering disebut sebagai safe haven.

"Irrationality karena (investor) menganggap dunia ini sedang tidak ada jalan keluar untuk bisa segera memulihkan kondisi perekonomian," sebutnya.

Posisi nilai tukar rupiah sekarang memang tidak mencerminkan fundamental ekonomi. Sehingga perlu dijaga agar tidak melemah terlalu dalam. "Dalam pengertian yang terjadi sekarang tidak mencerminkan fundamental dan lebih berdasarkan pada sentimen yang berlebihan," tukasnya. (dtc, sis)