ANTISIPASI PENCEMARAN LAUT

BLH Diharapkan Pantau Operasional Kilang Sagu

BLH Diharapkan Pantau Operasional Kilang Sagu

SELATPANJANG (HR)- Operasional kilang sagu yang ada di Kepulauan Meranti umumnya berlokasi di pingir laut atau di bantaran sungai di seluruh pulau yang ada.

Letak kilang sagu tersebut dibuat di pingir laut atau di bantaran sungai, untuk memudahkan operasional kilang dimaksud. Baik untuk transportasi bahan baku, maupun transportasi produksi.

Sehingga umumnya kilang sagu berada persis di pinggir sungai yang berhubungan ke laut. Sungai yang ada di Kepulauan Meranti terbentuk akibat siklus pasang surut laut. Dan jika pasang besar, maka air laut akan menjorok ke daratan terutama pada posisi darat yang rendah.

Jadi pasang surut ini juga menjadi momentum tepat bagi pengusaha kilang yang akan ke luar masuk ke lokasi kilang, baik memasok berbagai bahan kebutuhan operasional kilang maupun dalam urusan produksi.

Pantauan Haluan Riau di Kepulauan Meranti, letak posisi kilang sagu tersebut justru menjadi dilema terhadap pelestarian lingkungan. Khususnya masa depan perairan sebab limbah sagu umumnya masih dibuang ke sungai yang akhirnya sampai ke tengah laut.

Anjuran pemerintah kepada pengusaha kilang di Meranti sejauh ini masih terkesan hanya menjadi imbauan belaka.  Belum terlihat upaya nyata dari pengusaha kilang sagu untuk membangun IPAL atau lazim disebut pengelolaan limbah industri tersebut.

Untuk itu masyarakat berharap kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) agar rutin melakukan monitoring ke lapangan untuk memantau langsung pencemaran laut yang terjadi.

Tanpa melihat dari dekat, maka pemerintah daerah tidak akan mengetahui kilang sagu mana saja yang membuang limbah sembarangan. Ini akan berdampak buruk bagi masa depan perairan Kepulauan Meranti. Sofian salah seorang nelayan di Desa Bantar kepada Haluan Riau mengakui sepuluh tahun terakhir populasi ikan di perairan Selat Air Hitam menurun tajam.

Penurunan itu terjadi secara terus menerus. Dari tahun ke tahun pendapatan para nelayan tradisionil kian berurang. Yang bertambah belakangan ini justru hanya sampah non organi. Berupa botol minuman kaleng maupun botol minuman kemasan dari plastik.(jos)