Petani Sawit Mengeluh

Harga Anjlok Hingga 50 Persen

Harga Anjlok Hingga 50 Persen

SIAK (HR)- Petani sawit mengeluhkan harga buah sawit semakin hari semakin menurun hingga sampai 50 persen. Pasalnya harga buah sawit segar beberapa bulan yang lalu harganya mencapai Rp1.250 per kg. Namun sekarang menurun dratis. Akibatnya petani kelabakan harus memutar otak untuk dapat mengatur pengeluaran pembelian pupuk dan perawatan dan lain-lain.

"Kami sebagai petani sawit tentunya sangat keberatan dengan harga buah sawit yang sangat murah ini. Pasalnya pengeluaran kami untuk perawatan kebun sawit seperti pupuk, terbas atau meracun rumput dan lain-lain sangat banyak.Namun harga buah anjlok dan bisa tombok kalau semakin hari semakin menurun sperti ini," ujar Rigo, warga Bungaraya, Minggu (9/8). Sebagai petani, kata Rigo, hanya bisa melakukan pekerjaan untuk meningkatkan hasil produksi sawit yang dimilikinya. Namun untuk perdagangan seharusnya pihak dinas terkait bisa memberikan solusi agar permainan harga tidak seenaknya sendiri seperti ini, sehingga ujung-ujungnya petani yang repot.

"Maka dari itu, kami sebagai masyarakat berharap kepada dinas terkait agar dapat memberikan solusi kepada petani agar harga buah sawit bisa dikontrol. Kita juga bingung, mau kita tahan buah sawit kita di kebun, tidak dipanen takut busuk. Dipanen harganyapun anjlok, apa lagi hasil sekarang yang lagi trek (menurun). Tentunya ini membuat petani jadi tambah susah," ungkapnya. Hal senada juga diungkapkan Lukman, warga Mempura. Harga buah sawit anjlok dan membuat petani kelabakan.

"Dengan adanya harga buah sawit anjlok, kita sebagai petani merasa kewalahan Pak, karena banyak kebutuhan yang kami penuhi untuk perawatan kebun dan lain-lain. Maka dari itu kami berharap harga buah sawit ini bisa distabilkan kembali dan jangan terlalu anjlok," harapnya. Sementara itu Kepala Disperindag Siak Wan Buhori mengatakan penurunan harga sawit itu hal yang wajar terjadi setiap tahunnya. Karena Pabrik Kelapa Sawit (PKS) saat ini sedang membludak buah sawit  dan permintaan kurang, karena karyawannya yang sebagian pulang Hari Raya dan belum kembali.

"Maka dari itu, harga buah sawit kalau setelah Lebaran biasanya anjlok, karena permintaannya berkurang. Mungkin dua bulan setelah Lebaran harga baru bisa normal kembali.

 Solusi satu-satunya di Kabupaten Siak ini harus ada PKS lagi agar bisa menampung hasil para petani sawit, karena saya menilai di Siak masih kurang PKS. Sehingga saat ini banyak yang mengantri mobil-mobil sawit di PKS bahkan mereka sampai lama menunggu antrian," pungkasnya.(gin)