3.676 Hektare Lahan Terbakar

3.676 Hektare Lahan Terbakar

Pekanbaru (HR)-Kebakaran hutan dan lahan di Riau masih terus berlanjut. Saat ini tercatat ada 3.676 hektare luasan yang terbakar.

Kabid Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo mengatakan, seluruh jajaran Polda Riau dari Polres sampai Polsek sampai saat ini harus berjibaku untuk memadamkan kobaran api di kawasan hutan dan lahan.

Kebakaran ini, lanjut Guntur, tidak hanya terjadi pada lahan kosong semata. Namun juga kebakaran merembet pada perkebunan sawit dan karet milik masyarakat.


"Ratusan hektare kebun sawit dan perkebunan karet masyarakat turut terbakar. Api tentunya rembetan dari lahan kosong yang sengaja dibakar oleh pihak-pihak tertentu yang akan membuka perkebunan," kata Guntur.

Hampir di seluruh kabupaten, lanjut Guntur, saat ini terjadi kebakaran lahan. Pihak kepolisian bersama masyarakat mengakui sulitnya untuk melakukan pemadaman.

"Kendalanya pertama untuk menjangkau lokasi kebakaran lumayan jauh dan tidak bisa dilalui kendaraan. Walhasil tim harus berjalan kaki untuk menunju titik kebakaran," kata Guntur.

Selain jarak tempuh, lanjutnya, kadang di lokasi kebakaran juga tidak ditemukan air. Sedangkan peralatan yang ada sangat sederhana mengandalkan mesin air yang harus digotong ke sana kemari.

"Kadang tim sudah sampai dititik lokasi kebakaran, namun tidak bisa berbuat banyak karena tidak ketersediaan air.

Ini juga bagian problem dalam penanggulangan kebakaran," kata Guntur.

Namun yang pasti, katanya, saban hari seluruh jajaran Polda Riau harus memantau sebaran titik panas lewat satelit Terra/Aqua yang diberikan pihak BMKG. Dari sana, tim akan menelusuri titik yang diduga sebagai lokasi kebakaran.

"Pagi siang malam Polri harus silih berganti untuk melakukan pemadaman. Tapi memang peralatan yang seadanya tidak membuat maksimal dalam penanganan," kata Guntur.

 

Mulai Dekati Pemukiman

Pihak Pemkab Pelalawan, Riau bersama pihak kepolisian dan TNI terus melakukan upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan di daerah Pangkalan Lesung.

Namun hingga kini api belum juga bisa dijinakan, bahkan saat ini kebakaran sudah mendekati pemukiman penduduk. Meski begutu Pemkab belum mengungsikan warga karena yakin masih bisa mengatasinya.

"Saat ini kebakaran sudah mendekati Desa Genduang di Pangkalan Lesung. Kebakaran disana yang saat ini kita fokuskan untuk diatasi," kata Kepala BPBD Pelalawan, Hadi Penandio, Sabtu (1/8).

Dia menjelaskan, kebakaran di daerah Pangkalan Lesung sudah terjadi selama empat hari. Diperkirakan sudah lebih 100 hektar yang terbakar. Lahan yang terbakar terdiri tanaman rakyat seperti perkebunan kelapa sawit, karet dan lahan kosong.

Sulitnya medan dan musim kemarau sehingga lahan mudah terbakar membuat petugas di lapangan harus susah payah menjikan api.

"Lahan di daerah kita merupakan gambut, sehingga kalau terbakar sulit dipadamkan. Di musim kering ini lahan sangat mudah terbakar," ucapnya.

Untuk menjinakan si jago merah di Pangkalan Lesung, sebanyak 20 personil dikerahkan. "Selama empat hari ini mereka stay di lokasi untuk kosentrasi menjinakan api," pungkasnya.
 

Dampak Meluas

Dampak kebakaran lahan di Riau tahun ini makin luas. Ribuan warga menderita infeksi saluran pernapasan akut dan asma, seiring memburuknya kualitas udara akibat kabut asap dari kebakaran lahan dan hutan.

Kualitas udara di Pekanbaru mencapai kondisi tidak sehat atau memburuk dari hari sebelumnya yang masih berstatus sedang. Konsentrasi particulate matter 10 (PM10) mencapai hampir 200 mikro gram per meter kubik. Particulate matter atau partikulat adalah istilah untuk partikel padatan ataupun cair di udara.

"Indeks standar pencemaran udara berada pada status tidak sehat," ujar Sugarin, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Riau.

Wilayah Pekanbaru diselimuti kabut asap tipis pada Sabtu pagi dengan jarak pandang 2.000 meter. Jarak pandang menurun pada sore hari menjadi 1.000 meter. Kondisi itu belum signifikan mengganggu penerbangan.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Andra Sjafril mengatakan, sudah 6.104 pasien terdeteksi menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) selama Juli 2015.

Sebanyak 132 warga mengalami pneumonia, 137 orang menderita asma, 256 orang mengalami infeksi mata, dan 546 orang menderita infeksi kulit. "Semuanya diindikasikan sebagai dampak asap," ujar Andra.

Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad di Pekanbaru dr Azizman Saad mengatakan, memburuknya kualitas udara akibat asap kebakaran lahan sangat mengancam kesehatan, khususnya pada masalah pernapasan. Tingkat oksigen murni di udara menurun drastis, dari yang seharusnya mencapai 20 persen.

"Ini berdampak buruk bagi kesehatan. Dalam jangka waktu tertentu, bahkan berdampak sistemik merusak paru," ujarnya.

Azizman mencatat, jumlah pasien terinfeksi saluran pernapasan akut di RSUD meningkat 20 persen sejak dua pekan terakhir. Dia mengingatkan, tanpa penanganan kebakaran yang cepat, ancaman kesehatan masyarakat luas akan semakin besar.

Satelit Terra dan Aqua mendeteksi 76 titik panas di Sumatera, tersebar 40 titik di Riau, 16 titik di Jambi, 12 titik di Sumatera Selatan, 6 titik di Sumatera Barat, dan masing-masing 1 titik di Sumatera Utara dan Bangka Belitung.

Di Jakarta, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan, pemerintah menyiapkan penggunaan bahan-bahan kimia untuk menangani kebakaran hutan. Bahan tersebut dipakai sebagai solusi di tengah kelangkaan air saat kemarau.

Menurut Siti, langkah tersebut dapat dilakukan dengan dukungan TNI untuk mengerahkan peralatan militernya. Alternatif berikutnya, memadamkan kebakaran hutan menggunakan gel. Presiden Joko Widodo telah menugaskan TNI dan Polri ikut membantu pemadaman api.(kpc/dtc/okz/yuk)