Krisis Yunani

Rusia Menunggu di Tikungan

Rusia Menunggu di Tikungan

Athena (HR)- Presiden Rusia Vladimir Putin disebut sulit menahan senyum kecut, di saat Uni Eropa (UE) berjuang menghadapi persoalan dengan krisis utang Yunani, yang saat ini terus bergerak semakin dalam.

Ekonomi Rusia yang rapuh, dipastikan tidak akan lolos dari risiko, jika Yunani meninggalkan zona euro atau UE. Krisis akan menjadi pelajaran mengkhawatirkan bagi Moskow.

Dilansir dari Reuters, Jumat (3/7), Rusia kini satu dari sedikit negara yang secara realistis, menjadi tempat bagi Athena berpaling, mengatasi krisis keuangan yang sedang mendera.

"Saya berpikir mereka (Rusia) akan menggunakan Yunani, sebagai alat menentang Jerman, menentang Uni Eropa," kata editor majalah New Times, Yevgenia Albats, yang merupakan pengkritik Rusia.

Dia mengklaim hal itu yang biasa dilakukan Soviet, melalui KGB selama Perang Dingin. "Mereka menggunakan negara-negara miskin dan pemerintahan, dalam perang dengan peradaban Barat," ujarnya.

Tapi Yevgenia tidak dapat menyertai klaimnya dengan contoh kasus. Media-media di Yunani, menggambarkan krisis Yunani sebagai awal dari persoalan UE, merujuk pada Portugal, Irlandia, Spanyol dan Italia.

Dibandingkan Yunani, yang hanya entitas kecil dalam perekonomian Eropa, krisis keuangan di Spanyol dan Irlandia, diyakini akan berdampak serius bagi Uni Eropa. Namun Yunani bisa memicu tumbangnya negara-negara itu.

Beberapa media Yunani menulis "Grexit" pada judul depan, merujuk pada kemungkinan dampak yang terjadi, jika Yunani keluar dari zona euro dan Uni Eropa.

Kremlin sejauh ini meredam isu, tentang kemungkinan Rusia memberikan dana talangan bagi Yunani, menyebut krisis sebagai persoalan yang harus diselesaikan Athena dan para kreditornya.

Rusia memang akan terdampak, akibat krisis global yang mungkin bermula dari Yunani. Namun kerusakan yang diderita negara-negara Uni Eropa, akan jauh lebih buruk dari yang diderita oleh Rusia.

Beberapa pakar Rusia telah menyarankan, agar Yunani menyerah bermitra dengan Barat, lalu bergabung dengan serikat yang dipimpin Rusia, bergabung dengan Serikat Ekonomi Eurosia (EEC).(viv/ivi)