RSUD Pasir Pengaraian Didemo

Dokter Telat Datang, Pasien Disuruh Beli Obat di Apotek

Dokter Telat Datang, Pasien Disuruh Beli Obat di Apotek

Dinilai kurang terima atau kecewa terhadap buruknya pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Pasir Pengaraian, Rabu (24/6) puluhan warga dari kalangan mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di RSUD Pasir Pengaraian. Dalam orasinya mereka meminta RSUD bebas dari koruptor sekaligus menolak lupa untuk para koruptor.
 
Aksi unjuk rasa yang digelar di halaman Gedung RSUD Pasir Pengaraian, berjalan lancar di bawah pengamanan pihak Kepolisian dari Polres Rohul. Namun sebelum menyampaikan orasi para mahasiswa ini lebih dulu menggelar ritual doa seraya meminta perlindungan Sang Khalik agar aksi yang dilakukan berjalan lancar.

Beni, selaku kordinator lapangan dalam orasinya mengaku kecewa terhadap sikap Dirut RSUD Pasir Pengaraian Wildan, yang terkesan membiarkan para dokter yang bertugas di RUSD masuk kerja tidak tepat waktu. Warga datang pukul 08.00 WIB dokternya tiba pukul sekitar pukul 11.00 WIB. “Bagaimana warga Rohul ini mau cerdas kalau pelayanan kesehatan tidak bagus. Pasien datang jam 8 dokter jam 11,” teriaknya.

Tidak itu saja, puluhan mahasiswa ini juga saat itu mengkritik soal anggaran yang dikelola manajemen RSUD Rohul. Di mana setiap pasien yang dirawat di RSUD selalu disuruh untuk membeli obat di apotek yang berada tidak jauh dari RUSD. Padahal menurut mereka uang rakyat yang dialokasikan melalui APBD dan APBN untuk pengadaan obat di RSUD cukup besar.

“Berapa uang negara yang berasal dari APBD dan APBN diberikan kepada RSUD ini. Tapi masih saja pasien disuruh beli obat ke apotek. Kemudian warga yang tidak punya uang juga disuruh pulang. Sementara hasil komunikasi dengan Dirut RSUD Rohul, katanya hanya membawa KTP pelayanan kesehatan gratis. Jangan teriak dulu baru disikapi,” teriak Habibi, rekan Beni.

Sementara itu Minarli, selaku Humas RSUD Rohul, pada kesempatan itu tidak bisa berkata banyak karena tidak bisa memberikan keputusan dengan alasan dirinya hanya seorang Kabid Humas. Meski demikian dirinya membantah tudingan massa yang menyebut dokter datang tak tepat waktu. “Saya di sini, saya tau. Dokter itu memang masuk tepat waktu,” belanya.

Minarli berjani, akan berupaya menyampaikan aspirasi tersebut kepada Wildan. “Aspirasi yang disampaikan ini akan saya sampaikan ke Dirut. Tadinya Dirut ada, tapi sekarang beliau ikut dengan Bupati.

Sementara itu, Beni selaku koordinator usai aksi menyebutkan jika tuntutan pelayanan yang disampaikan tidak diindahkan dia mengancam akan menggelar aksi demo lagi. “Jika tidak disikapi, kita akan gelar aksi lagi. Aksi keduanya akan dilakukan di Provinsi. Karena masih banyak lagi tuntutan yang belum kita sampaikan. Karena Dirutnya tidak ada, kita terpaksa membubarkan diri dan menunggu aksi berikutnya,” tegasnya.

Dari pantauan Haluan Riau, tudingan mahasiswa terhadap pelayanan RSUD ini dinilai ada benarnya. ketika mendatangi salah satu ruang dokter spesialis, ternyata dokter yang bersangkutan tidak di tempat. “Dari jam 8 kami di sini pak, tapi dokternya belum datang,” ujar salah seorang ibu seraya menunjukkan jari anaknya yang saat itu patah.

Merasa penasaran, wartawan mencoba menemui dua wanita berpakaian putih yang diyakini petugas atau asisten sang dokter. Dari keterangan yang disampaikan keduanya mengaku dokter tidak ada karena saat itu sedang berada di ruangan lain untuk memeriksa pasien yang ada di ruangan lainnya. “Dokter memang belum datang. Dia sibuk melayani pasien di ruangan lainnya,” kompak keduanya.***