Potret Pendidikan di Rohul

Atap SDN 016 Sungai Bungo Perlu Diperbaiki

Atap SDN 016 Sungai Bungo Perlu Diperbaiki

PASIRPENGARAIAN (HR)-Sekolah Dasar Negeri 016 Sungai Bungo, Desa Sialang Jaya, Kecamatan Rambah merupakan salah satu sekolah di daerah terisolir. Sekolah ini bisa dikatakan salah satu sarana pendidikan yang masih kurang diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu.

Padahal, sudah jelas, bahwa pembangunan sarana dan prasarana sekolah telah menjadi kewajiban pemerintahan, seperti bunyi sila kelima dari Pancasila, yakni "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia".

SDN 016 Sungai Bungo merupakan salah satu sekolah di daerah terisolir. Sekolah ini dibangun semasa Kabupaten Kampar, atau lebih dulu berdiri, sebelum Kabupaten Rohul dimekarkan dari kabupaten induknya pada 1999 silam.

Sekolah yang berada di dataran tinggi dan berada di daerah sejuk ini pernah diterjang banjir bandang beberapa tahun silam. Sekolah berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Pasirpangaraian juga hanya bisa ditempuh menggunakan sepeda atau sepeda motor, karena jalan terjal dan dikelilingi hutan dan jurang yang cukup dalam.

Bagi anak-anak Sungai Bungo yang masih dalam usia Sekolah Menengah Pertama yang sekolah di luar dusun, mereka harus rela berjalan sekitar 2 jam ke Ibukota Kabupaten Rohul.

Menurut Kepala SDN 016, Muklis, bangunan sekolahnya dibangun pada 1982 Silam. Kini, bangunannya sudah berumur lebih dari 30 tahun. Dan selama itu juga, bangunan sekolah tersebut belum pernah mengalami renovasi atau rehabilitasi.

Di sekolah ini ada tiga ruangan yang sengaja disulap menjadi enam ruangan. Setiap ruangan disekat dengan papan dan dijadikan dua ruang kelas belajar. Tak heran, jika di kelas sebelah belajar, murid di sebelah mendengarnya. Begitu juga sebaliknya.

Namun yang lebih memprihatinkan, sekitar 60 persen atap SDN 016 Sungai Bungo sudah mengalami kerusakan saat ini. Diakui murid, saat hujan turun, mereka harus memindahkan meja kursi ke tempat aman. Tak heran, hujan mengakibatkan genangan air di dalam kelas.

Murid sudah menganggapnya hal biasa. Bahkan, saat ada genangan air di dalam kelas, tidak sedikit murid sengaja bermain air di dalam kelas.

Bukan atap saja yang bocor, dinding sekolah juga sudah retak. Lantai ruangan kelas terlihat kumuh, sehingga terkesan bangunan ini sudah tidak layak sebagai tempat proses belajar mengajar bagi 26 murid kelas 1 hingga kelas 6, dengan 9 tenaga pengajar.(rtc/esi)