YTI Cabang Pekanbaru Sosialisasikan Thalassaemia

YTI Cabang Pekanbaru Sosialisasikan Thalassaemia

PEKANBARU (HR)-Puluhan anggota YTI Cabang Pekanbaru turun ke jalan untuk mensosialisasikan penyakit thalassaemia kepada pengunjung car free day di Jalan Gajah Mada, Pekanbaru, Minggu (10/5).
Acara diawali dengan jalan santai membawa spanduk tentang thalassaemia. Setelah itu, bekerja sama dengan Prodia, para anggota YTI Pekanbaru membagikan brosur kepada para pengunjung. Sosialisasi ini merupakan salah satu program kerja YTI Pekanbaru setelah dilantik beberapa pekan lalu.
"Kita perlu melakukan sosialisasi ini kepada masyarakat, mengingat jumlah penyandang thalassaemia di Riau dari waktu ke waktu terus bertambah. Kita ingin mengurangi jumlah itu, karena penanganan penderita thala-ssaemia ini butuh biaya besar dan berlangsung terus menerus seumur hidup," kata dr Elmi Ridar, selaku Ketua Persatuan Orangtua Penyandang Thalassaemia Indonesia (POPTI) Pekanbaru.
Dari sosialisasi yang dilakukan, memang banyak orang yang belum paham apa itu thalassaemia. Ada sebagian yang menaruh perhatian dan menerima penjelasan. Thalassaemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan melalui keluarga. Jika pa-sangan suami istri adalah pembawa gen thalassaemia, maka kemungkinan anaknya akan menderita thalassaemia sebesar 25 persen, pembawa gen 50 persen dan normal 25 persen.
Penyakit ini kerap menimpa kelompok masyarakat yang menikah dengan sesama keluarga, seperti yang banyak terjadi di Sumatera Barat dan Jawa Barat. Dengan alasan adat ataupun harta, banyak keluarga yang memilih menikahkan anak-anaknya dengan anak sepupu atau anggota keluarga lainnya.
20 tahun yang lalu, hampir tak ada penyandangn thalassaemia dari suku Batak. Ini disebabkan orang-orang Batak tidak mengenal perkawinan sesuku. Namun kini keadaannya sudah berubah.
"Makanya, kalau mau mencari pasangan, jangan cari yang masih ada hubungan keluarga. Bila ternyata pasutri itu membawa gen thalassaemia, maka anaknyalah yang akan menderita nantinya. Setiap bulan harus ditransfusi dengan dua hingga tiga kantong darah. Lamanya proses transfusi bisa memakan waktu tiga hingga empat jam," kata salah seorang anggota YTI kepada serombongan gadis-gadis di areal CFD itu.
Ketua YTI Pekanbaru, Dessy Kusdianti, mengaku sangat gembira dengan antusias warga dengan sosialisasi yang digelar pagi itu. Ia berharap kegiatan ini akan semakin sering digelar, untuk lebih mengenalkan masyarakat tentang penyakit kelainan darah itu.(rls/mel)