DPPKP Bangun Irigasi 1.000 Hektare

DPPKP Bangun Irigasi 1.000 Hektare

SELATPANJANG (HR)- Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Meranti, Yulian Norwis mengungkapkan pihaknya sejak Maret lalu telah melaksanakan pembangunan jaringan irigasi.

Pembangunan tersebut dilaksanakan di tiga lokasi berbeda. Hal itu dilakukan untuk mengantipasi  masuknya air laut ke persawahan. Sekaligus jika musim hujan maka jaringan irigasi itu bisa mengalirkan air hujan menuju ke laut. Sehingga sawah taadah hujan itu tidak sampai tergenang oleh air asin.

"Dan kita perkirakan akhir Mei mendatang pembangunan jaringan irigasi itu akan rampung seluruhnya. Sebab volume jaringan itu hanya berkisar 4.000 meter. Sedangkan saat ini sudah terbangun lebih kurang 3.000 meter,”ungkap Yulian Norwis Kadis Pertanian Peternakan Ketahanan Pangan (PPKP), yang akrab disapa Icut itu didampingi Syafril, selaku Kasie Pertanian kepada Haluan Riau di ruang kerjanya Kamis kemarin.

Icut mengatakan, dana pembangunan jaringan irigasi itu bersumber dari dana APBN tahun 2015. Sehingga tidak terpengaruh dengan adanya pemangkasan anggaran di daerah. Dengan demikian pekerjaan itu juga lebih cepat dilaksanakan, ”terangnya.

Menurutnya, program jaringan irigasi lainnya juga sangat diperlukan untuk mendukung target pencapaian swasembada beras. Sebab jaringan irigasi yang ada selama ini umumnya  tidak bisa lagi digunakan lagi.
Bukan hanya jaringan irigasi, tapi juga berbagai sarana prasarana infrastruktur dasar pertanian lainnya juga harus dibangun kembali.

Dengan demikian ke depan harapan tercapainya swasembada beras akan bisa diwujudkan. Namun jika belum membangun infrastruktur dasar pertanian tersebut, maka program peningkatan produksi pertanian, khusunya padi itu akan sulit dicapai.

Diakuinya, di Meranti masih terdapat ribuan hektar lagi lahan pertanian yang bisa ditanami padi. Hanya saja persoalan mendasar yang dihadapi selama ini yakni kesulitan melawan faktor alam berupa tingginya intrusi air laut yang masuk ke lahan pertanian.

Sehingga hal ini juga terkadang turut melemahkan animo masyarakat desa. Sebab untuk mengantisipasi masuknya air asin tersebut memang harus dilakukan secara konvensional.

Sementara petani itu sendiri tidak mampu mengatasi persoalan itu. “Jangankan petani, pemerintah daerah saja pun akan kewalahan membangunnya, jika tidak ditopang oleh anggaran dari provinsi dan pusat,” kata Icut lagi.

Ditambahkannya pembangunan jaringan irigasi tersebut dilakukan dengan membangun jaringan baru, terbuat dari beton. Dan diharapkan pada Juni mendatang sudah bisa dilakukan penanaman bersama. Sehingga panen raya bisa dilakukan September atau paling lambat Oktober mendatang. (jos)