Hemat Bahan Bakar Untuk Menghidupkan Mesin Robin

Petani Bungaraya Gunakan Gas Elpiji

Petani Bungaraya Gunakan Gas Elpiji

Sungguh luar biasa kreativitas para petani Bungaraya dalam upaya berhemat bahan bakar bensin yang tiap bulan naik. Mereka antusias belajar mengfunakan gas elpiji menggantikan bensin untuk menghidupkan mesin Robin pemompa air.

Kenaikan BBM khususnya bensin yang terjadi hampir setiap bulan, membuat para petani semakin kelabakan. Pengeluaran mereka semakin banyak dalam memenuhi kebutuhan air di sawahnya. Untuk satu hektare sawah saja para petani bisa menghabiskan Rp700 ribu untuk beli bensin atau solar supaya mesin robin mereka bisa hidup dan me
mompa air ke sawah-sawah mereka.

"Semakin hari semakin meningkat kebutuhan petani dalam mengelola sawah. Peningkatan biaya ini terutama dalam ketersediaan air yang sangat dibutuhkan para petani untuk mengaliri sawahnya. Sehingga mau tidak mau mereka harus menghidupkan mesin robin atau diesel untuk memompa air dari sekunder menuju ke sawahnya," kata Wasono, salah seorang petani Bungaraya.

Saat ini, kata Wasono, harga bensin di eceran mencapai Rp8.000 per liter, sehingga dalam 1 hektare sawah membutuhkan air. Bila air diambil menggunakan mesin robin, maka akan menghabiskan minyak 10 sampai 15 liter.

Wasono akhirnya memutar otak bagaimana caranya agar bisa mengunakan gas saja sebagai bahan bakar robin. Apalagi saat ini harga gas elpiji 3 kg cenderung stabil.

"Alhamdulilah cara ini berhasil dan sudah saya praktekkan. Ternyata dalam 1 tabung gas elpiji 3 kg bisa menghidupkan mesin robin dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Tentunya ini sangat luar biasa irit dan membantu saya dalam memenuhi kebutuhan air di sawah," ungkap Wasono, Rabu (6/5) disela-sela memberikan sosialisasi kepada petani yang lain di Dusun Tani Jaya, Kampung Bungaraya.

Setelah cara ini ia lakukan, ternyata dalam satu hektare sawah, hanya menghabiskan 2 sampai 3 tabung gas elpiji 3 kg. Robin bisa mempompa air siang malam hingga  dan memenuhi sawah yang kita punya.

"Agar pengalaman ini bisa bermanfaat dan membantu para petani yang lain, kita saat ini langsung sosialisasi kepada kawan-kawan petani untuk sama-sama memanfaatkan ilmu ini. Berpindah dari bensin ke gas elpiji. Saya langsung ajarkan kepada kawan-kawan cara merombak mesinnya," jelasnya.

Pantauan Haluan Riau di lapangan, Wasono langsung mempraktekkan di depan para petani yang lain cara merombaknya. Dimana di bagian kabulator Robin tersebut dilubangi dan dikasih selang menuju selang gas elpiji. Setelah itu baru dihidupkan dan ternyata bisa  berhasil dengan baik. Para petani lain langsung beramai-ramai membawa Robin mereka untuk segera dirombak bersama-sama Wasono.

Zainul (33), petani Bungaraya merasa bersyukur dan sudah membuktikan ternyata lebih murah mengunakan gas daripada bensin untuk menghidupkan mesin Robin.

"Saya berterima kasih juga kepada Pak Wasono yang sudah memberikan ilmu kepada saya, sehingga Saya bisa memanfaatkan gas untuk menghidupkan mesin pompa air ini. Pokoknya lebih murah dan seperempatnya dari penggunaan minyak bensin," ungkapnya dengan bangga.

Sementara itu, Saikin, petani Bungaraya juga terheran-heran melihat perombakan mesin robin dari  bensin menjadi gas.
"Kalau memang iya, Saya akan cepat-cepat ganti gas, karena selama ini dalam memenuhi kebutuhan air di sawah saya harus menghabiskan uang Rp700 ribu per hektare untuk membeli solar. Cara ini dapat membantu kita para petani dalam memenuhi kebutuhan pengelolaan sawah khususnya kebutuhan air," ujarnya dengan penuh penasaran.

Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultural Robiati melalui Kepala UPTD Pertanian Bungaraya Suwanto mengatakan, sebenarnya hal ini sudah diajarkan kepada para petani. Namun petani waktu itu kurang serius menangapi cara ini, karena waktu pelatihan harga minyak bensin masih murah.

"Ada hikmahnya dengan adanya minyak BBM naik, para petani kita semakin kreatif dalam mencari solusi. Cara menggunakan gas untuk menghidupkan pompa air ini sudah lama kita adakan pelaihan, namun para petani kurang begitu berminat. Karena sekarang minyak sudah mahal maka mereka mau tidak mau harus pindah ke gas.

Cara ini lebih murah dan saya sangat mendukung apa yang dilakukan para petani kita, saya berikan aspresiasi kepada Wasono yang bisa mengajak para petani untuk lebih kreatif," pungkasnya. ***